Sabtu, 13 Oktober 2012

INFORMASI AKUNTANSI PENUH


INFORMASI AKUNTANSI PENUH

Konsep informasi akuntansi penuh perlu dipahami untuk memperoleh pengertian yang benar mangenai informasi tersebut sehingga pembaca mampu membedakan konsep informasi akuntansi penuh dengan konsep informasi yang lain. Pemehaman konsep informasi akuntansi penuh merupakan dasar untuk mempelajari pemanfaatan informasi akuntansi tersebut dan perekayasaanya.  
A.                KONSEP INFORMASI AKUNTANSI PENUH
Untuk memahami konsep yang benar mengenai informasi akuntansi penuh, pertama kali diuraikan definisi informasi akuntansi penuh. Karena informasi akuntansi penuh (full accounting information) seringkali dianggap sama dengan full cost dan full costing, maka untuk memperoleh konsep yang jelas mengenai informasi akuntansi penuh, berikut ini diuraikan beda pengertian full accounting information, full cost, dan full costing.
1.                  Definisi Informasi Akuntansi Penuh
Pembahasan informasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi (information objek atau information objektive). Objek informasi dapat berupa produk, keluarga produk, aktivitas, departemen, divisi, atau perusahaan secara keseluruhan. Informasi akuntansi penuh adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh, dan/atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
·      Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan, dan/atau total biaya.
·      Inforamasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi. Dalam hubungannya dengan objek informasi, informasi akuntansi penuh merupakan informasi akuntansi langsung yang terjadi dalam objek informasi tertentu ditambah dengan bagian yang adil informasi akuntansi tidak langsung yang dibebankan kepada objek informasi.
Beda Full Accounting Information, Full Cost, dan Full Costing.
Untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai informasi akuntansi penuh berikutini di uraikan perbedaan pengrtian full acconting information full costi dan full costing. Seringkali orang mengira pengertian full costing information sama dengan full cost sana dengan full costing ketiga istilah tersebit barbada satu sama lain.
Full acounting information terdiri dari unsur full assests, full revees’ dan  atau full costs full cost  merupakan suatu unsur full accounting information.
Full cost merupakan total biaya yang bersangkutan dengan objek informasi  jika objek  informasi berupa produk  full cost merupakan total biaya yang bersangkutan dengan produk tersebut.perhitungan full cost suatu produk dipengruhi oleh metode penentuan cost produk  yang digunakan atau pariablecosting activity based costing.
Full costing merupakan suatu metode penentuan kos produk yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai kos produk  biya  produksi yang berperilaku variable maupun tetap.  jika perusahaan menggunakan pendekatan f ull costing dalam penentuan cost produksinya  full cost merupakan  biaya produksi biaya bahan baku + biaya tenaga kerja langsung  + biaya overhead pabrik variable + biaya ovrhead pabrik tetap ).
Full costing dan variable costing  sesungguhnya metode penentuan kos sediaan (inventori costing karena kedua metode tersebut di tujukan terutama untuk keparluan penilaian sediaterbatan (inventory valuation) yang dicantumkan dalam neraca dan dalam perhitungan laba rugi-bagi pihak perusahaan. Karena ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar,full costing dan variabel costing hanya memfokuskan biaya penuh yang bersangkutan dengan produk,terbatas pada biaya-biaya-biaya yang terjadi pada fase produksi saja. Biaya-biaya yang terjadi dalam fase desain dan pengembangan produk serta biaya distribusi tidak dimasukan sebagai biaya penuh produk (full cost of product), namun  diperlakukan sebagai biaya periode (period costs). Selain itu full costing hanya secara sederhana mengelompokan biaya menurut fungsi pokok organisasi perusahan manuvaktur sehinggga  dikelompokan menjadi biaya produksi (yang terjadi difungsi produksi) dan biaya nonprodusi (biaya yang terjadi di fungsi selain fungsi produksi seperti administrasi dan ayumum). Biaya produksi merupakan komponen biaya penuh produk, sedangkan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum diperlakukan sebagai biaya periode dalam full costing
Variable costing memperbaiki informasi biaya penuh produk dengan perubahan volume aktivitas. Namun, karena variable costing bertujuan yang sama dengan full costing yaitu ditujukan terutama untuk keperluan penilaian sediaan (infentory solution) yang dicantumkan dalam neraca dan dalam perhitungan laba-rugi bagi pihak luar perusahaan maka perbaikan yang dilakukan oleh variable costing hanya terbatas pada biaya fase produsi saja. Variable costing hanya meperhitungkan biaya penuh produk terbatas pada biaya produksi variable costing. Biaya produksi tetap diperlakukan sebagai biaya peride. Selain itu, variabilitas biaya menurut variable costing hanya dihubungkan dengan aktifitas yang bersangkutan dengan jumlah produk yang diproduksi ( unit-level activities). Oleh karena itu, jika biaya penuh produk tidak hanya bervariasi dalam hubunganya dengan jumlah produk yang dihasilkan (unit-level activities) namun sebagian besar yang lain bervariasi dengan aktivitas yang bersangkutan dengan batch produksi (batch-relatean activities) dan aktifitas yang  bersangkutan dengan produk. Activity-based costing pada dasarnya merupakan metode penentuan kost produk (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi kost produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumberdaya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Full costing dan variable costing merupakan metode penentuan kos produk konvensional, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu. Dengan digunakannya secara luas teknologi informasi dalam proses pengoalahan produk dan dalam pengolahan informasi keuangan, activity-based costing menjadi alternative metode penentuan kos produk konvensional. Perbedaan antara penentuan kost produk konvensional (conventional product costing) dengan activity-based costing disajikan pada table berikut :
FULL COSTING
VARIABLE
COSTING
ACTIVITY-BASED COSTING
Biaya produksi
Biaya variable
Unit-level actifity cost
Biaya administrasi dan umum

Batch- related activity cost
Product-sustaining activity cost
Biaya pemasaran
Biaya tetap
Vacility-sustaining activity cost
 Gambar : beda unsur biaya produk dalam pendekatan Full Costing, Variable Costing, dan Activity-Based Costing




Conventional Costing Method
Activity-based costing method
TUJUAN
Inventory valuation
Product costing
LINGKUP
Tahap produksi
Tahap desain tahap produksi dan tahap dukungan logistik
FOKUS
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
biaya overhead pabrik
PERIODE
Periode akuntansi
Daur hidup poduk
TEKNOLOGI INFORMASI YANG DIGUNAKAN
Metode manual
Computer telekomunikasi
Gambar : Beda conversional costing method dengan activity based costing method
Rincian biaya setiap jenis aktivitas desain, produksi dan distribusi produk dalam lingupkup manufaktur  maju adalah sebagai berikut:
Unit-level activity cost. Biaya ini dipengruhi oleh jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi,dan biaya angkutan.
Batch related activiti cost. Biaya ini dihubungkan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Setup costs,yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan mesin dan ekuipmensebelum suatu order produksi diproses, biaya angkutan bahan baku dalam pabrik,dalam inspeksi.
Produk sustaining activity cost,biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembaagan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produkagar tetap dapat dipasarkan.
Pacility sustainiang activity costs biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mepertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya depresiasi dan amortasi, biaya asuransi,  dan biaya  gaji.

B.       MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI PENUH

Informasi akuntansi penuh bermanfaat bagi manajemen untuk :
1.    Pelaporan keuangan
2.    Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
3.    Jawaban atas pertanyaan “berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu?”
4.    Penentuan harga jual dalam cost-type contract
5.    Penentuan harga jual normal
6.    Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
7.    Penyusunan program

1.                  Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan dibagi menjadi dua golongan : pelaporan keuangan kepada pihak luar dan pelaporan keuangan kepada manajemen puncak. Pelaporan keuangan yang ditujukan kepada pihak luar perusahaan terikat kepada prinsip akuntansi yang lazim, sedangkan pelaporan keuangan yang ditujukan kepada manajemen puncak perusahaan tidak selalu terikat pada prinsip akuntansi yang lazim. Pelaporan keuangan memerlukan informasi akuntansi penuh yang berupa informasi masa lalu.

Jika pelaporan keuangan ditujukan untuk pemakai intern, prinsip akuntansi yang lazim tidak selalu digunakan untuk penyusunan laporan keuangan. Dalam perusahaan yang memiliki beberapa divisi yang merupakan pusat investasi, laporan laba-rugi divisi yang disajikan kepada manajemen puncak akan berisi pendapatan penuh dan biaya penuh. Pendapatan penuh tersebut terdiri dari pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan produk dan jasa kepada pihak luar dan pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan produk dan jasa antardivisi. Biaya penuh terdiri dari biaya langsung divisi ditambah dengan biaya kantor pusat yang dialokasikan kepada divisi. Biaya produksi yang merupakan unsur biaya penuh tidak harus dihitung berdasarkan metode full costing , namun dapat didasarkan pada metode variable costing .

2.                  Analisis Kemampuan Menghasilkan Laba (Profitability Analysis)

Analisis kemampuan menghasilkan laba dapat diterapkan dalam berbagai objek informasi : produk, keluarga produk ( product line ), aktivitas (activities), atau unit organisasi. Analisis kemampuan menghasilkan laba ditujukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu.

Dalam perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk, manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh untuk memungkinkan manajemen melakukan analisis kemampuan setiap produk dalam menghasilkan laba. Jika analisis kemampuan menghasilkan laba diterapkan pada produk atau keluarga produk, diperlukan informasi akuntansi penuh yang berupa pendapatan penuh yang dihasilkan oleh produk dalam periode tertentu, biaya penuh yang dikorbankan untuk memproduksi dan memasarkan produk tersebut selama periode yang sama, dan aktiva penuh yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut.

Jika analisis kemampuan menghasilkan laba diterapkan terhadap unit organisasi tertentu (misalnya pusat laba) dalam suatu perusahaan dan dilakukan oleh pemakai luar, informasi akuntansi penuh yang disajikan untuk memungkinkan mereka melakukan analisis tersebut harus disusun menurut prinsip akuntansi yang lazim. Namun, jika analisis kemampuan menghasilkan laba dilakukan oleh manajemen puncak perusahaan, informasi akuntansi penuh yang disajikan tidak terikat kepada prinsip akuntansi yang lazim.

Untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan atau suatu pusat laba dalam suatu perusahaan biasanya digunakan alat pengukur : kembalian investasi (return on investment atau disingkat ROI) atau residual income (disingkat RI). Kembalian investasi dihitung dengan cara membandingkan laba bersih dengan aktiva yang digunakan oleh pusat laba tersebut untuk mendapatkan laba tersebut. Dalam hal ini diperlukan informasi pendapatan penuh dan informasi biaya penuh untuk menghitung laba bersih dan informasi aktiva penuh pusat laba tersebut, sehingga dapat dihitung besarnya tarif kembalian investasi dengan rumus berikut ini :



                                                      Pendapatan penuh – Biaya penuh
           Kembalian investasi =            
                                                                    Aktiva penuh



Penggunaan kembali investasi atau residual income sebagai alat analisis kemampuan menghasilkan laba divisi dipengaruhi oleh 4 faktor berikut ini:
1.      Konsep laba yang digunakan
2.      Komponen untuk menghitung laba
3.      Komposisi aktiva yang diperhitungkan dalam investment base
4.      Penilaian aktiva

Jika manajemen puncak akan mengadakan analisis kemampuan menghasilkan laba divi yang dimiliki oleh perusahaan, maka ia memerlukan alat pengukur kembalian investasi atau residual income. Dalam perhitungan ukuran kemampuan menghasilkan laba tersebut timbul masalah unsur-unsur apa yang diperhitungkan untuk menentukan laba dan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba divisi. Terdapat 4 pengertian laba yang tersedia untuk mengukur laba divisi berikut ini:
1.      Laba kontribusi divisi (division contribution margin)
2.      Laba terkendali divisi  (division controllable profit)
3.      Laba langsung divisi (division direct profit)
4.      Laba bersih divisi   (division net profit)

3.             Jawaban atas Pertanyaan “Berapa Biaya yang telah Dikeluarkan untuk Sesuatu?”

Manajemen secara rutin memerlukan informasi biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu objek biaya seperti produk, keluarga produk, jasa, aktivitas, pusat biaya, atau perusahaan secara keseluruhan. Pertanyaan “Berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu” dapat dijawab dengan menyajikan informasi biaya penuh yang bersangkutan dengan objek biaya.

Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen dalam:
a.         Evaluasi konsumsi sumber daya yang dikorbankan untuk sesuatu.
b.        Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melihat struktur biaya perusahaan pesaing yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa.
c.         Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri.
d.        Penentuan harga jual produk atau jasa.
e.         Penyediaan kemudahan dalam penghilangan pemborosan dengan menyediakan informasi biaya untuk aktivitas-bukan-penambah nilai.
f.         Penyediaan informasi untuk perbaikan tingkat kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dengan memantau total biaya daur hidup produk atau jasa.
g.        Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang biaya mutu (quality costs).
h.        Cost reimbursement.
i.          Inventory costing.

Evaluasi konsumsi sumber daya. Sesuatu dapat berupa produk, jasa, atau aktivitas. Jika manajemen telah merencanakan sesuatu, misalnya pembuatan produk, penyerahan jasa, atau pelaksanaan suatu aktivitas, maka setelah pekerjaan pembuatan produk, penyerahan jasa, dan pelaksanaan aktivitas tersebut terlaksana, ia memerlukan informasi berapa sumber daya yang telah dikorbankan untuk pelaksanaan produksi produk, jasa, atau aktivitas tersebut. Informasi ini diperlukan untuk memungkinkan manajemen melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Struktur biaya perusahaan pesaing. Informasi biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu diperlukan oleh manajemen untuk membandingkan efisiensi produksi sesuatu tersebut dengan efisiensi produksi yang dilaksanakan oleh produsen lain.
Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dilakukan oleh manajemen dipicu oleh penghematan biaya dengan membuat sendiri (jika sebelumnya perusahaan membeli dari pemasok luar) atau penghematan biaya dengan membeli dari pemasok luar (jika semula perusahaan membuat sendiri).
Penentuan harga jual produk atau jasa. Dalam era kompetisi yang semakin tajam, perusahaan-perusahaan mengubah strategi pemasarannya dengan meletakkan kepuasan customers sebagai prioritas pertama dalam mengerahkan kegiatan bisnis mereka. Perusahaan-perusahaan harus mampu menghasilkan produk atau jasa yang bermutu dengan harga yang rendah untuk dapat tetap bertahan di pasar. Perusahaan-perusahaan berlomba untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu dengan harga yang rendah dengan berpedoman bahwa customers hanya dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas-penambah nilai (value- added activities).
Biaya daur hidup produk atau jasa (product life cycle). Untuk memproduksi produk diperlukan biaya riset dan pengembangan, biaya tes produksi dan pemasaran, biaya perancangan kembali bilamana pasar menghendaki perubahan desain, dan biaya-biaya lain untuk mempertahankan suatu produk agar tetap diperlukan oleh customers. Biaya-biaya tersebut digolongkan ke dalam kelompok product - sustaining costs, yang tidak bersangkutan dengan aktivitas produksi dalam periode akuntansi tertentu. Biaya-biaya tersebut dipengaruhi oleh taksiran jumlah produk yang akan dihasilkan selama daur hidup produk (product life cycle). Pengumpulan informasi biaya penuh masa lalu yang berhubungan dengan produk tertentu selama jangka waktu daur hidup produk akan dapat memberikan kesempatan kepada manajemen untuk memperbaiki kemampuan produk dalam menghasilkan laba selama periode tersebut.
Biaya mutu (quality costs). Dalam lingkungan persaingan tingkat dunia, produk bermutu (quality costs) merupakan salah satu keunggulan yang diusahakan agar perusahaan menempati posisi tertentu dalam persaingan tersebut. Dengan  demikian, manajemen memerlukan informasi biaya penuh yang dikaitkan dengan berbagai aktivitas untuk mempertahankan dan memperbaiki mutu produk atau jasa agar sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh customers. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang mutu produk, manajemen perlu memahami biaya mutu yang merupakan biaya yang terjadi karena adanya atau kemungkinan adanya mutu produk yang rendah. Biaya mutu adalah biaya yang bersangkutan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan produk cacat.
Biaya mutu dapat dibagi menjadi empat kelompok: biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan intern, dan biaya kegagalan ekstern. Karena ada kemungkinan terjadinya ketidakberesan sesuatu (misalnya mesin rusak, bahan baku cacat, karyawan kurang terampil) maka perusahaan perlu mengeluarkan biaya pencegahan dan biaya penilaian. Jika kerusakan telah benar-benar terjadi sehingga menghasilkan produk cacat, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya kegagalan (misalnya biaya pengerjaan kembali, biaya garansi, kerugian akibat mesin berhenti).
Cost reimbursement. Informasi jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai kegiatan produksi tertentu, penyerahan jasa, atau pelaksanaan suatu aktivitas diperlukan oleh manajemen untuk dasar permintaan penggantian (reimbursement) atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Dalam cost-type contract misalnya, manajemen memerlukan informasi biaya penuh yang telah dikeluarkan di masa lalu untuk produk, jasa, atau aktivitas tertentu untuk meminta penggantian biaya (cost reimbursement) dari pemilik proyek.
Inventory costing. Untuk pertanggungjawaban keuangan kepada investor dan pihak luar perusahaan yang lain, manajemen secara periodik memerlukan informasi biaya untuk menghitung kos sediaan produk yang masih dalam proses dan sediaan produk jadi yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi.
4.             Penentuan Harga Jual dalam Cost-Type Contract
Cost-Type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. Dalam cost-type contract produsen dijamin akan memperoleh laba sebesar persentase tertentu dari biaya sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk penyelesaian proyek.
5.             Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan penaksiran jumlah sumber daya yang akan dialokasikan kepada setiap program tersebut. Program adalah kegiatan pokok yang telah diputuskan oleh organisasi untuk dilaksanakan dalam jangka panjang sebagai pelaksanaan strateginya.
Penyusunan program.
Penyusunan progran Adalah proses pengambilan keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan penaksiran jumlah sumber daya yang akan dialokasikan pada setiap program tersebut. Program adalah kegiatan pokok yang telah diputuskan oleh organisasi untuk dilaksanakan dalam jangka panjang sebagai pelaksana strateginya dalam perusahaan yang tujuannya mencari laba tiap-tiap produk utama merupakan suatu program. Selain itu, dalam perusahaan tersebut dapat juga dijumpai berbagai program seperti : program penelitian dan pengembangan produk baru, program pelatihan karyawan, program hubungan masyarakat dll. Keputusan pemilihan berbagai program yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penentuan harga jual normal. Pada umumnya, biaya tidak menentukan harga jual produk atau jasa. Harga jual suatu produk terbesar di pasar sebagai interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran di pasar. Namun manajemen puncak memerlukan informasi biaya penuh untuk memperhitungkan kosekuensi laba dari setiap alternative harga jual yang terbentuk dipasar. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, manajemen puncak harus memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa yang dijual dipasar dapat menutup biaya penuh untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut dan dapat menghasilkan laba wajar. Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutup biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Jika pendekatan full costing digunakan dalam penentuan cost produk, harga jual produk harus dapat menutup biaya penuh, yang merupakan jumlah biaya produksi dan biaya non-produksi, ditambah dengan laba wajar.
Penentuan harga transfer
Didalam perusahaan yang telah membentuk pusat-pusat laba untuk menghadapi berbagai ragam produk dan jasa yang dihasilkan, transfer barang dan jasa antar pusat laba menimbulkan masalah penentuan harga transfer. Ada 2 macam pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga transfer : penentuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer price) dan penentuan harga transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer price). Jika penentuan harga transfer didasarkan atas biaya, maka biaya penuh masa yang akan datang dipakai sebagai dasar untuk menentukan harga produk atau jasa yang ditransfer oleh pusat laba penjual ke pusat laba pembeli.
Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat seperti listrik, air, telpon dan telegram, dan pos diatur dengan peraturan pemerintah. Harga jual produk dan jasa tersebut ditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah dengan laba yang diharapkan. Informasi akuntansi penuh yang bermanfaat untuk menetapkan harga jual produk atau jasa yang diatur dengan peraturan pemerintah terdiri dari biaya penuh masa yang akan datang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa dan aktiva  penuh yang akan digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
C.   Rekayasa informasi akuntansi penuh
Informasi akuntansi penuh dimanfaatkan oleh manajemen untuk melaporkan keuangan, pengukuran tingkat kemampuan produk atau unit organisasi dalam menghasilkan laba, penyediaan informasi untuk menjawab pertanyaan : “beberapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu?” penentuan harga jual produk atau jasa (baik dalam cost-type contract, harga jual normal, maupun harga jual produk dalam perusahaan yang diatur oleh peraturan pemerintah), dan untuk penyusunan program. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan manajemen tersebut, perekayasaan informasi akuntansi penuh memerlukan idientifikasi aktiva, pendapatan, dan biaya langsung yang bersangkutan dengan objek informasi tertentu dan pembebanan secara adil aktiva, pendapatan, dan biaya tidak langsung kepada berbagai objek informasi yang bersangkutan. Aktiva dan pendapatan umumnya mudah diidentifikasikan kepada objek informasi tertentu, sehingga hanya sedikit aktiva dan pendapatan tidak langsung yang harus dibebankan secara adil suatu objek informasi. Tidak demikian dengan biaya. Banyak biaya yang merupakan biaya bergabung (common cost), yang dalam perekayasaan informasi akuntansi penuh harus dibagikan secara adil kepada berbagai objek informasi melalui metode pembebanan tertentu.
Metode pembebanan biaya yang digunakan untuk perekayasaan informasi akuntansi penuh dapat dibagi menurut tujuan manfaat informasi akuntansi penuh sebagai berikut ini:
1.      Pembebanan biaya tidak langsung untuk penyediaan informasi bagi pengambilan keputusan manajemen.
2.      Pembebanan biaya tidak langsung untuk melaporka keuangan kepada pihak luar prusahaan.
1.        Pembebanan biaya tidak langsung untuk penyediaan informasi pengambilan keputusan manajemen
Dalam perekayasaan informasi akuntansi penuh, biaya tidak langsung dibebankan kepada objek informasi untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam :
1.      Analisis kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dan penentuan harga jual.
2.      Pengukuran kinerja manajer
2.   Pembebanan biaya tidak langsung untuk perhitungan kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dan penetapan harga jual. Dalam analisis kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dan penentuan harga jual, manajemen memerlukan biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa. Dalam hubungannya dengan produk atau jasa, biaya penuh terdiri dari 2 golongan biaya : biaya langsung yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan bagian yang adil biaya tidak langsung yang dibebankan kepada produk atau jasa tersebut. Dengan demikian perekayasaan informasi biaya penuh untuk memenuhi kebutuhan manajemen tersebut memerlukan dasar yang adil untuk membebankan biaya tidak langsung kepada produk atau jasa. Pembebanan biaya tidak langsung untuk merekayasa biaya penuh dilakukan dengan mencari dasar yang adil untuk membebankan biaya tidak langsung tersebut kepada produk atau jasa. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk dibagi menjadi 2 golongan: biaya produksi tidak langsung (biaya overhead pabrik) dan biaya nonproduksi tidak langsung (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
Pembebanan biaya overhead pabrik dalam lingkungan manufaktur tradisional.
Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar kuantitas produk yang diproduksi. Metode pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar kuantitas yang diproduksi. Metide pembebanan biaya overhead pabrikkepada produk inidisebut volume-based system dalam metode ini biaya overhead pabrik dianggap proposional dalam jumlah unit produk yang diproduksi.
Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk melalui dua tahap. Tahap pertama, biaya operhead pabrik dikumpulkan dalam pusat biaya, biaya departemen pembantu maupun departemen produksi. Dalam tahap pertama ini, biaya operhead departemen pembantu dialoka sikan kepada departemen prodokso dengan menggunakan dasar alokasi tertentu. Tahap kedua, biaya operhead pabrik ysng telah melalui  agregasi tahap pertama, dibebankan pada produk atas dasar jam tenaga kerja langsung, jam mesin, atau biaya tenaga kerja langsung. Karena biaya operhead pabrik dibebankan pada produk melalui agregasi,bukan berdasar kosumsi sumberdaya oleh aktivitas untuk menghasilkan produk, maka akuntansi biaya tradisional menimbulkan  prise distortion.
Pembebanan biaya operhead pabrik dalam lingkungan manufaktur maju (advanced manufacturing enfironment).
     Dibandingkan dengan lingkungan manufaktur maju, akuntansi  biaya operhead pabrik memiliki cacat rancangan berikut ini:
1.      hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung (atau biaya tenaga kerja langsung)
sebagai  dasar menglokasikan biaya operhead pabrik dari pusat biaya pada produk dan jasa.
2.      Harga alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk  mengalokasikan biaya operhead pabrik dari pusat biaya kepada produk dan jasa.
3.      Pusat biaya terlalu besar dan memiliki dan memiliki struktur overhead yang sangat besar.
Dalam pabrik yang telah menggunakan banyak peralatan yang dikendalikan dengan computer, tenaga kerja langsung menjadi kurang. Tenaga yang ahli dbidang informasi menggantikan oeran tenaga kerja langsung. Ahli informasi banyak digunakan untuk merancang perangkat lunak untuk menjalankan peralatan yang dikendalikan dengan computer. Dengan demikian biaya tenaga kerja dalam perusahaan manufaktur berubah karaktestiknya dari biaya tunai (cash costs) yang bervariasi dengan perubahab volume produksi menjadi biay tetap, yang tidak dipengruhi oleh perubahan volume produksi dan berupa sunk cost.
Tarip biaya overhead pabrik perdepartemen juga menghasilkan kos kedua jenis produk relative sama karena metode pembebanan biaya overhead ini tidak memperhitungkan perbedaan konsumsi non-volume-related overhead costs (biaya persiapan produksi, biaya insveksi, biaya tenaga listrik, dan biaya kesejahteraan, karyawan) setiap jenis produk dalam setiap departemen produksi.
3.  Pembenaan biaya tidak langsung untuk pengukuran kinerja manajer
Jika perekayasaan informasi biaya ditujukan untuk pengukuran kinerja manajer, informasi biaya harus dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki manajer yang bersangkutan. Wewenang yang dimiliki manajer tertentu menjadikan dirinya dalam posisi dapat mengendalikan biaya tersebut. Dengan demikian, biaya yang mempunyai hubungan neraca dengan wewenang manejer tertentu merupakan biaya terkendalikan bagi manajer tersebut, karena dengan wewenangnya, manajer tersebut dapat mempengaruhi secara signifikan besarnya biaya tersebut. Biaya tidak langsung dengan hubunganya dengan wewenang manajer merupakan biaya  yangada dibawah wewenang pengendalian lebih dari seorang manajer. Untuk kepentingan pengukuran kinerja manajer, biaya tidak langsung tersebut perlu dibebenkan kepada manajer yang bertanggung jawab untuk pengendalianya.
4.    Pembebanan biaya tidaka langsung untuk pelaporan untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar. 
Pembebanan biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar perusahaan umumnya dilakukan dengan dasar alokasi yang bersifat sembarang. Oleh karena itu, istilah alokasi biaya lebih cepat digunakan untuk menggambarkan pembagian biaya tidak langsung kepada berbagai produk untuk tujuan pelaporan keuangan kepada pihak luar.
Biaya overhead pabrik merupakn biaya produksi tidak langsung yang harus dialokasikan kepada produk atas dasar alokasi tertentu. Dimuka telah disebutkan bahwa alokasi biaya overhead produk dilakukan melalui dua tahap alokasi. Beda alokasi biaya overhead pabrik untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada pihak luar dengan pembebanan biaya overhead pabrik untuk kepentingan manajemen adalah terletak pada kecermatan(accurace) dasar pembebanan yang dipakai untuk kepentingan pengambilan keputusan manajemen, pembebanan biaya kepada produk harus dapat menjamin dihasilkan informasi biaya penuh yang teliti, sehingga manajemen akan memperoleh informasi tanpa distorsi didalamnya.
Dalam perusahaan yang menghasilkan produk bersama biaya bersama dialokasikan kepada proyek bersama atas dasar alokasi berikut ini :
1.      Nilai jual relative
2.      Satuan fisik
3.      Rata-rata biaya satuan
4.      Rata tertimbang.





















Tidak ada komentar: