INFORMASI AKUNTANSI PENUH
Konsep
informasi akuntansi penuh perlu dipahami untuk memperoleh pengertian yang benar
mangenai informasi tersebut sehingga pembaca mampu membedakan konsep informasi
akuntansi penuh dengan konsep informasi yang lain. Pemehaman konsep informasi
akuntansi penuh merupakan dasar untuk mempelajari pemanfaatan informasi
akuntansi tersebut dan perekayasaanya.
A.
KONSEP
INFORMASI AKUNTANSI PENUH
Untuk
memahami konsep yang benar mengenai informasi akuntansi penuh, pertama kali
diuraikan definisi informasi akuntansi penuh. Karena informasi akuntansi penuh
(full accounting information)
seringkali dianggap sama dengan full cost
dan full costing, maka untuk
memperoleh konsep yang jelas mengenai informasi akuntansi penuh, berikut ini
diuraikan beda pengertian full accounting
information, full cost, dan full
costing.
1.
Definisi Informasi
Akuntansi Penuh
Pembahasan
informasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi (information objek atau information objektive). Objek informasi
dapat berupa produk, keluarga produk, aktivitas, departemen, divisi, atau
perusahaan secara keseluruhan. Informasi akuntansi penuh adalah seluruh aktiva,
seluruh pendapatan yang diperoleh, dan/atau seluruh sumber yang dikorbankan
suatu objek informasi. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
·
Unsur yang membentuk
informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan, dan/atau total
biaya.
·
Inforamasi akuntansi
penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi. Dalam hubungannya dengan
objek informasi, informasi akuntansi penuh merupakan informasi akuntansi
langsung yang terjadi dalam objek informasi tertentu ditambah dengan bagian yang
adil informasi akuntansi tidak langsung yang dibebankan kepada objek informasi.
Beda Full Accounting Information, Full Cost, dan
Full Costing.
Untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai
informasi akuntansi penuh berikutini di uraikan perbedaan pengrtian full
acconting information full costi dan full costing. Seringkali orang mengira pengertian
full costing information sama dengan full cost sana dengan full costing ketiga
istilah tersebit barbada satu sama lain.
Full acounting information terdiri dari unsur full
assests, full revees’ dan atau full
costs full cost merupakan suatu unsur
full accounting information.
Full cost merupakan total biaya yang bersangkutan
dengan objek informasi jika objek informasi berupa produk full cost merupakan total biaya yang
bersangkutan dengan produk tersebut.perhitungan full cost suatu produk dipengruhi
oleh metode penentuan cost produk yang
digunakan atau pariablecosting activity based costing.
Full costing merupakan suatu metode penentuan kos
produk yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai kos produk biya
produksi yang berperilaku variable maupun tetap. jika perusahaan menggunakan pendekatan f ull
costing dalam penentuan cost produksinya
full cost merupakan biaya
produksi biaya bahan baku + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik variable + biaya
ovrhead pabrik tetap ).
Full costing dan variable costing sesungguhnya metode penentuan kos sediaan
(inventori costing karena kedua metode tersebut di tujukan terutama untuk
keparluan penilaian sediaterbatan (inventory valuation) yang dicantumkan dalam
neraca dan dalam perhitungan laba rugi-bagi pihak perusahaan. Karena ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pihak luar,full costing dan variabel costing hanya
memfokuskan biaya penuh yang bersangkutan dengan produk,terbatas pada
biaya-biaya-biaya yang terjadi pada fase produksi saja. Biaya-biaya yang
terjadi dalam fase desain dan pengembangan produk serta biaya distribusi tidak
dimasukan sebagai biaya penuh produk (full cost of product), namun diperlakukan sebagai biaya periode (period costs). Selain itu full costing hanya secara sederhana
mengelompokan biaya menurut fungsi pokok organisasi perusahan manuvaktur
sehinggga dikelompokan menjadi biaya
produksi (yang terjadi difungsi produksi) dan biaya nonprodusi (biaya yang
terjadi di fungsi selain fungsi produksi seperti administrasi dan ayumum).
Biaya produksi merupakan komponen biaya penuh produk, sedangkan biaya pemasaran
dan biaya administrasi dan umum diperlakukan sebagai biaya periode dalam full costing
Variable
costing memperbaiki informasi biaya penuh
produk dengan perubahan volume aktivitas. Namun, karena variable costing bertujuan yang sama dengan full costing yaitu ditujukan terutama untuk keperluan penilaian
sediaan (infentory solution) yang dicantumkan dalam neraca dan dalam
perhitungan laba-rugi bagi pihak luar perusahaan maka perbaikan yang dilakukan
oleh variable costing hanya terbatas
pada biaya fase produsi saja. Variable costing hanya meperhitungkan biaya penuh
produk terbatas pada biaya produksi variable costing. Biaya produksi tetap
diperlakukan sebagai biaya peride. Selain itu, variabilitas biaya menurut
variable costing hanya dihubungkan dengan aktifitas yang bersangkutan dengan
jumlah produk yang diproduksi ( unit-level activities). Oleh karena itu, jika
biaya penuh produk tidak hanya bervariasi dalam hubunganya dengan jumlah produk
yang dihasilkan (unit-level activities) namun sebagian besar yang lain
bervariasi dengan aktivitas yang bersangkutan dengan batch produksi
(batch-relatean activities) dan aktifitas yang
bersangkutan dengan produk. Activity-based
costing pada dasarnya merupakan metode penentuan kost produk (product
costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi kost produk secara cermat (accurate)
bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumberdaya
dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Full
costing dan variable costing merupakan metode
penentuan kos produk konvensional, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi
manufaktur pada masa lalu. Dengan digunakannya secara luas teknologi informasi
dalam proses pengoalahan produk dan dalam pengolahan informasi keuangan,
activity-based costing menjadi alternative metode penentuan kos produk
konvensional. Perbedaan antara penentuan kost produk konvensional (conventional product costing) dengan activity-based costing disajikan pada
table berikut :
FULL
COSTING
|
VARIABLE
COSTING
|
ACTIVITY-BASED
COSTING
|
Biaya
produksi
|
Biaya
variable
|
Unit-level
actifity cost
|
Biaya
administrasi dan umum
|
|
Batch- related
activity cost
Product-sustaining
activity cost
|
Biaya
pemasaran
|
Biaya
tetap
|
Vacility-sustaining
activity cost
|
Gambar : beda unsur biaya produk dalam
pendekatan Full Costing, Variable
Costing, dan Activity-Based Costing
|
Conventional Costing Method
|
Activity-based costing method
|
TUJUAN
|
Inventory valuation
|
Product costing
|
LINGKUP
|
Tahap produksi
|
Tahap desain tahap produksi dan tahap dukungan
logistik
|
FOKUS
|
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
|
biaya overhead
pabrik
|
PERIODE
|
Periode akuntansi
|
Daur hidup poduk
|
TEKNOLOGI INFORMASI YANG DIGUNAKAN
|
Metode manual
|
Computer telekomunikasi
|
Gambar
: Beda conversional costing method dengan activity based costing method
Rincian
biaya setiap jenis aktivitas desain, produksi dan distribusi produk dalam
lingupkup manufaktur maju adalah sebagai
berikut:
Unit-level
activity cost. Biaya ini dipengruhi oleh jumlah unit produk yang dihasilkan.
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi,dan biaya angkutan.
Batch
related activiti cost. Biaya ini dihubungkan dengan jumlah batch produk yang
diproduksi. Setup costs,yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan
mesin dan ekuipmensebelum suatu order produksi diproses, biaya angkutan bahan
baku dalam pabrik,dalam inspeksi.
Produk
sustaining activity cost,biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembaagan
produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produkagar tetap dapat
dipasarkan.
Pacility
sustainiang activity costs biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk
mepertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya depresiasi dan
amortasi, biaya asuransi, dan biaya gaji.
B.
MANFAAT
INFORMASI AKUNTANSI PENUH
Informasi akuntansi
penuh bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Pelaporan
keuangan
2. Analisis
kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
3. Jawaban
atas pertanyaan “berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu?”
4. Penentuan
harga jual dalam cost-type contract
5. Penentuan
harga jual normal
6. Penentuan
harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
7. Penyusunan
program
1.
Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan
dibagi menjadi dua golongan : pelaporan keuangan kepada pihak luar dan
pelaporan keuangan kepada manajemen puncak. Pelaporan keuangan yang ditujukan
kepada pihak luar perusahaan terikat kepada prinsip akuntansi yang lazim,
sedangkan pelaporan keuangan yang ditujukan kepada manajemen puncak perusahaan
tidak selalu terikat pada prinsip akuntansi yang lazim. Pelaporan keuangan
memerlukan informasi akuntansi penuh yang berupa informasi masa lalu.
Jika pelaporan keuangan
ditujukan untuk pemakai intern, prinsip akuntansi yang lazim tidak selalu
digunakan untuk penyusunan laporan keuangan. Dalam perusahaan yang memiliki
beberapa divisi yang merupakan pusat investasi, laporan laba-rugi divisi yang
disajikan kepada manajemen puncak akan berisi pendapatan penuh dan biaya penuh.
Pendapatan penuh tersebut terdiri dari pendapatan yang diperoleh dari transaksi
penjualan produk dan jasa kepada pihak luar dan pendapatan yang diperoleh dari
transaksi penjualan produk dan jasa antardivisi. Biaya penuh terdiri dari biaya
langsung divisi ditambah dengan biaya kantor pusat yang dialokasikan kepada
divisi. Biaya produksi yang merupakan unsur biaya penuh tidak harus dihitung
berdasarkan metode full costing , namun dapat didasarkan pada metode variable
costing .
2.
Analisis Kemampuan
Menghasilkan Laba (Profitability Analysis)
Analisis kemampuan menghasilkan laba
dapat diterapkan dalam berbagai objek informasi : produk, keluarga produk ( product
line ), aktivitas (activities), atau unit organisasi. Analisis
kemampuan menghasilkan laba ditujukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba
atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi
tertentu.
Dalam perusahaan yang menghasilkan
berbagai macam produk, manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh untuk
memungkinkan manajemen melakukan analisis kemampuan setiap produk dalam
menghasilkan laba. Jika analisis kemampuan menghasilkan laba diterapkan pada
produk atau keluarga produk, diperlukan informasi akuntansi penuh yang berupa
pendapatan penuh yang dihasilkan oleh produk dalam periode tertentu, biaya
penuh yang dikorbankan untuk memproduksi dan memasarkan produk tersebut selama
periode yang sama, dan aktiva penuh yang digunakan untuk memproduksi produk
tersebut.
Jika analisis kemampuan menghasilkan
laba diterapkan terhadap unit organisasi tertentu (misalnya pusat laba) dalam
suatu perusahaan dan dilakukan oleh pemakai luar, informasi akuntansi penuh
yang disajikan untuk memungkinkan mereka melakukan analisis tersebut harus
disusun menurut prinsip akuntansi yang lazim. Namun, jika analisis kemampuan
menghasilkan laba dilakukan oleh manajemen puncak perusahaan, informasi
akuntansi penuh yang disajikan tidak terikat kepada prinsip akuntansi yang
lazim.
Untuk mengukur kemampuan menghasilkan
laba suatu perusahaan atau suatu pusat laba dalam suatu perusahaan biasanya
digunakan alat pengukur : kembalian investasi (return on investment atau
disingkat ROI) atau residual income (disingkat RI). Kembalian investasi
dihitung dengan cara membandingkan laba bersih dengan aktiva yang digunakan
oleh pusat laba tersebut untuk mendapatkan laba tersebut. Dalam hal ini
diperlukan informasi pendapatan penuh dan informasi biaya penuh untuk
menghitung laba bersih dan informasi aktiva penuh pusat laba tersebut, sehingga
dapat dihitung besarnya tarif kembalian investasi dengan rumus berikut ini :
Pendapatan penuh – Biaya penuh
Kembalian investasi =
Aktiva penuh
|
Penggunaan kembali investasi atau residual
income sebagai alat analisis kemampuan menghasilkan laba divisi dipengaruhi
oleh 4 faktor berikut ini:
1. Konsep
laba yang digunakan
2. Komponen
untuk menghitung laba
3. Komposisi
aktiva yang diperhitungkan dalam investment base
4. Penilaian
aktiva
Jika manajemen puncak akan mengadakan
analisis kemampuan menghasilkan laba divi yang dimiliki oleh perusahaan, maka
ia memerlukan alat pengukur kembalian investasi atau residual income. Dalam
perhitungan ukuran kemampuan menghasilkan laba tersebut timbul masalah
unsur-unsur apa yang diperhitungkan untuk menentukan laba dan aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan laba divisi. Terdapat 4 pengertian laba yang
tersedia untuk mengukur laba divisi berikut ini:
1. Laba
kontribusi divisi (division contribution margin)
2. Laba
terkendali divisi (division
controllable profit)
3. Laba
langsung divisi (division direct profit)
4. Laba
bersih divisi (division net profit)
3.
Jawaban atas Pertanyaan
“Berapa Biaya yang telah Dikeluarkan untuk Sesuatu?”
Manajemen secara rutin memerlukan
informasi biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu objek biaya
seperti produk, keluarga produk, jasa, aktivitas, pusat biaya, atau perusahaan
secara keseluruhan. Pertanyaan “Berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk
sesuatu” dapat dijawab dengan menyajikan informasi biaya penuh yang
bersangkutan dengan objek biaya.
Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk
sesuatu berperan bagi manajemen dalam:
a.
Evaluasi konsumsi
sumber daya yang dikorbankan untuk sesuatu.
b.
Penyediaan informasi
untuk memungkinkan manajemen melihat struktur biaya perusahaan pesaing yang
digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa.
c.
Pengambilan keputusan membeli
atau membuat sendiri.
d.
Penentuan harga jual
produk atau jasa.
e.
Penyediaan kemudahan
dalam penghilangan pemborosan dengan menyediakan informasi biaya untuk
aktivitas-bukan-penambah nilai.
f.
Penyediaan informasi
untuk perbaikan tingkat kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba
dengan memantau total biaya daur hidup produk atau jasa.
g.
Penyediaan informasi
untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan tentang biaya mutu (quality costs).
h.
Cost reimbursement.
i.
Inventory costing.
Evaluasi konsumsi sumber daya. Sesuatu
dapat berupa produk, jasa, atau aktivitas. Jika manajemen telah merencanakan
sesuatu, misalnya pembuatan produk, penyerahan jasa, atau pelaksanaan suatu
aktivitas, maka setelah pekerjaan pembuatan produk, penyerahan jasa, dan
pelaksanaan aktivitas tersebut terlaksana, ia memerlukan informasi berapa
sumber daya yang telah dikorbankan untuk pelaksanaan produksi produk, jasa,
atau aktivitas tersebut. Informasi ini diperlukan untuk memungkinkan manajemen
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Struktur biaya perusahaan pesaing. Informasi
biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu diperlukan oleh manajemen
untuk membandingkan efisiensi produksi sesuatu tersebut dengan efisiensi
produksi yang dilaksanakan oleh produsen lain.
Pengambilan keputusan membeli atau
membuat sendiri. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dilakukan oleh manajemen
dipicu oleh penghematan biaya dengan membuat sendiri (jika sebelumnya
perusahaan membeli dari pemasok luar) atau penghematan biaya dengan membeli
dari pemasok luar (jika semula perusahaan membuat sendiri).
Penentuan
harga jual produk atau jasa. Dalam era kompetisi yang semakin tajam, perusahaan-perusahaan mengubah
strategi pemasarannya dengan meletakkan kepuasan customers sebagai
prioritas pertama dalam mengerahkan kegiatan bisnis mereka.
Perusahaan-perusahaan harus mampu menghasilkan produk atau jasa yang bermutu
dengan harga yang rendah untuk dapat tetap bertahan di pasar.
Perusahaan-perusahaan berlomba untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu
dengan harga yang rendah dengan berpedoman bahwa customers hanya
dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas-penambah nilai (value- added
activities).
Biaya
daur hidup produk atau jasa (product life cycle). Untuk memproduksi produk diperlukan biaya riset dan
pengembangan, biaya tes produksi dan pemasaran, biaya perancangan kembali
bilamana pasar menghendaki perubahan desain, dan biaya-biaya lain untuk
mempertahankan suatu produk agar tetap diperlukan oleh customers. Biaya-biaya
tersebut digolongkan ke dalam kelompok product - sustaining costs, yang
tidak bersangkutan dengan aktivitas produksi dalam periode akuntansi tertentu.
Biaya-biaya tersebut dipengaruhi oleh taksiran jumlah produk yang akan
dihasilkan selama daur hidup produk (product life cycle). Pengumpulan
informasi biaya penuh masa lalu yang berhubungan dengan produk tertentu selama
jangka waktu daur hidup produk akan dapat memberikan kesempatan kepada
manajemen untuk memperbaiki kemampuan produk dalam menghasilkan laba selama
periode tersebut.
Biaya
mutu (quality costs). Dalam lingkungan persaingan tingkat dunia, produk bermutu (quality
costs) merupakan salah satu keunggulan yang diusahakan agar perusahaan
menempati posisi tertentu dalam persaingan tersebut. Dengan demikian, manajemen memerlukan informasi
biaya penuh yang dikaitkan dengan berbagai aktivitas untuk mempertahankan dan
memperbaiki mutu produk atau jasa agar sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh customers.
Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan tentang mutu produk, manajemen perlu memahami biaya mutu
yang merupakan biaya yang terjadi karena adanya atau kemungkinan adanya mutu
produk yang rendah. Biaya mutu adalah biaya yang bersangkutan dengan penciptaan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan produk cacat.
Biaya mutu dapat dibagi
menjadi empat kelompok: biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan
intern, dan biaya kegagalan ekstern. Karena ada kemungkinan terjadinya
ketidakberesan sesuatu (misalnya mesin rusak, bahan baku cacat, karyawan kurang
terampil) maka perusahaan perlu mengeluarkan biaya pencegahan dan biaya
penilaian. Jika kerusakan telah benar-benar terjadi sehingga menghasilkan
produk cacat, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya kegagalan (misalnya biaya
pengerjaan kembali, biaya garansi, kerugian akibat mesin berhenti).
Cost
reimbursement. Informasi
jumlah biaya
yang telah dikeluarkan untuk membiayai kegiatan produksi tertentu, penyerahan
jasa, atau pelaksanaan suatu aktivitas diperlukan oleh manajemen untuk dasar
permintaan penggantian (reimbursement) atas biaya-biaya yang telah
dikeluarkan. Dalam cost-type contract misalnya, manajemen memerlukan
informasi biaya penuh yang telah dikeluarkan di masa lalu untuk produk, jasa,
atau aktivitas tertentu untuk meminta penggantian biaya (cost reimbursement)
dari pemilik proyek.
Inventory
costing. Untuk
pertanggungjawaban keuangan kepada investor dan pihak luar perusahaan yang
lain, manajemen secara periodik memerlukan informasi biaya untuk menghitung kos
sediaan produk yang masih dalam proses dan sediaan produk jadi yang masih ada
di gudang pada akhir periode akuntansi.
4.
Penentuan
Harga Jual dalam Cost-Type Contract
Cost-Type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada
total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba
yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya
tersebut. Dalam cost-type contract produsen dijamin akan memperoleh laba
sebesar persentase tertentu dari biaya sesungguhnya yang telah
dikeluarkan untuk penyelesaian proyek.
5.
Penyusunan
Program
Penyusunan program adalah proses pengambilan
keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan
penaksiran jumlah sumber daya yang akan dialokasikan kepada setiap program
tersebut. Program adalah kegiatan pokok yang telah diputuskan oleh organisasi
untuk dilaksanakan dalam jangka panjang sebagai pelaksanaan strateginya.
Penyusunan program.
Penyusunan progran Adalah proses pengambilan
keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan
penaksiran jumlah sumber daya yang akan dialokasikan pada setiap program
tersebut. Program adalah kegiatan pokok yang telah diputuskan oleh organisasi
untuk dilaksanakan dalam jangka panjang sebagai pelaksana strateginya dalam
perusahaan yang tujuannya mencari laba tiap-tiap produk utama merupakan suatu
program. Selain itu, dalam perusahaan tersebut dapat juga dijumpai berbagai
program seperti : program penelitian dan pengembangan produk baru, program
pelatihan karyawan, program hubungan masyarakat dll. Keputusan pemilihan
berbagai program yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan dan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penentuan harga jual normal. Pada umumnya, biaya
tidak menentukan harga jual produk atau jasa. Harga jual suatu produk terbesar
di pasar sebagai interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran di pasar.
Namun manajemen puncak memerlukan informasi biaya penuh untuk memperhitungkan
kosekuensi laba dari setiap alternative harga jual yang terbentuk dipasar. Oleh
karena itu, dalam keadaan normal, manajemen puncak harus memperoleh jaminan
bahwa harga jual produk atau jasa yang dijual dipasar dapat menutup biaya penuh
untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut dan dapat menghasilkan laba wajar.
Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutup biaya penuh ditambah dengan laba
yang wajar. Jika pendekatan full costing digunakan dalam penentuan cost produk,
harga jual produk harus dapat menutup biaya penuh, yang merupakan jumlah biaya
produksi dan biaya non-produksi, ditambah dengan laba wajar.
Penentuan harga
transfer
Didalam perusahaan yang telah membentuk pusat-pusat
laba untuk menghadapi berbagai ragam produk dan jasa yang dihasilkan, transfer
barang dan jasa antar pusat laba menimbulkan masalah penentuan harga transfer.
Ada 2 macam pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga transfer :
penentuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer price) dan
penentuan harga transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer price).
Jika penentuan harga transfer didasarkan atas biaya, maka biaya penuh masa yang
akan datang dipakai sebagai dasar untuk menentukan harga produk atau jasa yang
ditransfer oleh pusat laba penjual ke pusat laba pembeli.
Penentuan harga jual
yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi
kebutuhan pokok masyarakat seperti listrik, air, telpon dan telegram, dan pos
diatur dengan peraturan pemerintah. Harga jual produk dan jasa tersebut
ditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah dengan laba
yang diharapkan. Informasi akuntansi penuh yang bermanfaat untuk menetapkan
harga jual produk atau jasa yang diatur dengan peraturan pemerintah terdiri
dari biaya penuh masa yang akan datang dikeluarkan untuk menghasilkan produk
atau jasa dan aktiva penuh yang akan
digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
C. Rekayasa informasi akuntansi penuh
Informasi akuntansi penuh dimanfaatkan oleh
manajemen untuk melaporkan keuangan, pengukuran tingkat kemampuan produk atau
unit organisasi dalam menghasilkan laba, penyediaan informasi untuk menjawab
pertanyaan : “beberapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu?” penentuan
harga jual produk atau jasa (baik dalam cost-type contract, harga jual normal,
maupun harga jual produk dalam perusahaan yang diatur oleh peraturan
pemerintah), dan untuk penyusunan program. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan
manajemen tersebut, perekayasaan informasi akuntansi penuh memerlukan
idientifikasi aktiva, pendapatan, dan biaya langsung yang bersangkutan dengan
objek informasi tertentu dan pembebanan secara adil aktiva, pendapatan, dan
biaya tidak langsung kepada berbagai objek informasi yang bersangkutan. Aktiva
dan pendapatan umumnya mudah diidentifikasikan kepada objek informasi tertentu,
sehingga hanya sedikit aktiva dan pendapatan tidak langsung yang harus
dibebankan secara adil suatu objek informasi. Tidak demikian dengan biaya.
Banyak biaya yang merupakan biaya bergabung (common cost), yang dalam
perekayasaan informasi akuntansi penuh harus dibagikan secara adil kepada
berbagai objek informasi melalui metode pembebanan tertentu.
Metode pembebanan biaya yang digunakan untuk
perekayasaan informasi akuntansi penuh dapat dibagi menurut tujuan manfaat
informasi akuntansi penuh sebagai berikut ini:
1. Pembebanan
biaya tidak langsung untuk penyediaan informasi bagi pengambilan keputusan
manajemen.
2. Pembebanan
biaya tidak langsung untuk melaporka keuangan kepada pihak luar prusahaan.
1.
Pembebanan
biaya tidak langsung untuk penyediaan informasi pengambilan keputusan manajemen
Dalam
perekayasaan informasi akuntansi penuh, biaya tidak langsung dibebankan kepada
objek informasi untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam :
1. Analisis
kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dan penentuan harga jual.
2. Pengukuran
kinerja manajer
2.
Pembebanan biaya tidak langsung untuk
perhitungan kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dan penetapan
harga jual. Dalam analisis kemampuan produk
atau jasa dalam menghasilkan laba dan penentuan harga jual, manajemen
memerlukan biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa. Dalam
hubungannya dengan produk atau jasa, biaya penuh terdiri dari 2 golongan biaya
: biaya langsung yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan bagian yang adil
biaya tidak langsung yang dibebankan kepada produk atau jasa tersebut. Dengan
demikian perekayasaan informasi biaya penuh untuk memenuhi kebutuhan manajemen
tersebut memerlukan dasar yang adil untuk membebankan biaya tidak langsung
kepada produk atau jasa. Pembebanan biaya tidak langsung untuk merekayasa biaya
penuh dilakukan dengan mencari dasar yang adil untuk membebankan biaya tidak
langsung tersebut kepada produk atau jasa. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk dibagi menjadi 2 golongan: biaya produksi tidak
langsung (biaya overhead pabrik) dan biaya nonproduksi tidak langsung (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum).
Pembebanan
biaya overhead pabrik dalam lingkungan manufaktur tradisional.
Akuntansi
biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar
kuantitas produk yang diproduksi. Metode pembebanan biaya overhead pabrik
kepada produk atas dasar kuantitas yang diproduksi. Metide pembebanan biaya
overhead pabrikkepada produk inidisebut volume-based system dalam metode ini
biaya overhead pabrik dianggap proposional dalam jumlah unit produk yang
diproduksi.
Akuntansi biaya
tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk melalui dua tahap.
Tahap pertama, biaya operhead pabrik dikumpulkan dalam pusat biaya, biaya
departemen pembantu maupun departemen produksi. Dalam tahap pertama ini, biaya
operhead departemen pembantu dialoka sikan kepada departemen prodokso dengan
menggunakan dasar alokasi tertentu. Tahap kedua, biaya operhead pabrik ysng
telah melalui agregasi tahap pertama,
dibebankan pada produk atas dasar jam tenaga kerja langsung, jam mesin, atau
biaya tenaga kerja langsung. Karena biaya operhead pabrik dibebankan pada
produk melalui agregasi,bukan berdasar kosumsi sumberdaya oleh aktivitas untuk
menghasilkan produk, maka akuntansi biaya tradisional menimbulkan prise distortion.
Pembebanan biaya
operhead pabrik dalam lingkungan manufaktur maju (advanced manufacturing
enfironment).
Dibandingkan dengan lingkungan manufaktur
maju, akuntansi biaya operhead pabrik
memiliki cacat rancangan berikut ini:
1. hanya
menggunakan jam tenaga kerja langsung (atau biaya tenaga kerja langsung)
sebagai dasar menglokasikan biaya operhead pabrik
dari pusat biaya pada produk dan jasa.
2. Harga
alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya operhead pabrik dari
pusat biaya kepada produk dan jasa.
3. Pusat
biaya terlalu besar dan memiliki dan memiliki struktur overhead yang sangat
besar.
Dalam
pabrik yang telah menggunakan banyak peralatan yang dikendalikan dengan
computer, tenaga kerja langsung menjadi kurang. Tenaga yang ahli dbidang
informasi menggantikan oeran tenaga kerja langsung. Ahli informasi banyak
digunakan untuk merancang perangkat lunak untuk menjalankan peralatan yang
dikendalikan dengan computer. Dengan demikian biaya tenaga kerja dalam
perusahaan manufaktur berubah karaktestiknya dari biaya tunai (cash costs) yang
bervariasi dengan perubahab volume produksi menjadi biay tetap, yang tidak
dipengruhi oleh perubahan volume produksi dan berupa sunk cost.
Tarip
biaya overhead pabrik perdepartemen juga menghasilkan kos kedua jenis produk
relative sama karena metode pembebanan biaya overhead ini tidak memperhitungkan
perbedaan konsumsi non-volume-related overhead costs (biaya persiapan produksi,
biaya insveksi, biaya tenaga listrik, dan biaya kesejahteraan, karyawan) setiap
jenis produk dalam setiap departemen produksi.
3. Pembenaan
biaya tidak langsung untuk pengukuran kinerja manajer
Jika
perekayasaan informasi biaya ditujukan untuk pengukuran kinerja manajer,
informasi biaya harus dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki manajer yang
bersangkutan. Wewenang yang dimiliki manajer tertentu menjadikan dirinya dalam
posisi dapat mengendalikan biaya tersebut. Dengan demikian, biaya yang
mempunyai hubungan neraca dengan wewenang manejer tertentu merupakan biaya
terkendalikan bagi manajer tersebut, karena dengan wewenangnya, manajer
tersebut dapat mempengaruhi secara signifikan besarnya biaya tersebut. Biaya
tidak langsung dengan hubunganya dengan wewenang manajer merupakan biaya yangada dibawah wewenang pengendalian lebih
dari seorang manajer. Untuk kepentingan pengukuran kinerja manajer, biaya tidak
langsung tersebut perlu dibebenkan kepada manajer yang bertanggung jawab untuk
pengendalianya.
4.
Pembebanan
biaya tidaka langsung untuk pelaporan untuk pelaporan keuangan kepada pihak
luar.
Pembebanan
biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar perusahaan
umumnya dilakukan dengan dasar alokasi yang bersifat sembarang. Oleh karena
itu, istilah alokasi biaya lebih cepat digunakan untuk menggambarkan pembagian
biaya tidak langsung kepada berbagai produk untuk tujuan pelaporan keuangan
kepada pihak luar.
Biaya overhead pabrik
merupakn biaya produksi tidak langsung yang harus dialokasikan kepada produk
atas dasar alokasi tertentu. Dimuka telah disebutkan bahwa alokasi biaya
overhead produk dilakukan melalui dua tahap alokasi. Beda alokasi biaya
overhead pabrik untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada pihak luar dengan
pembebanan biaya overhead pabrik untuk kepentingan manajemen adalah terletak
pada kecermatan(accurace) dasar pembebanan yang dipakai untuk kepentingan
pengambilan keputusan manajemen, pembebanan biaya kepada produk harus dapat
menjamin dihasilkan informasi biaya penuh yang teliti, sehingga manajemen akan
memperoleh informasi tanpa distorsi didalamnya.
Dalam perusahaan yang
menghasilkan produk bersama biaya bersama dialokasikan kepada proyek bersama
atas dasar alokasi berikut ini :
1. Nilai
jual relative
2.
Satuan fisik
3.
Rata-rata biaya satuan
4. Rata
tertimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar