BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Disiplin
ilmu akuntansi memiliki banyak cara untuk menggunakan, menyimpulkan, atau
membangun suatu teori umum yang didasarkan pada banyak teori sederhana mengenai
kejadian-kejadian spesifik yang berkaitan dengan operasi, organisasi, dan
sebagainya. Sampai teori umum ini dihasilkan, kita terus beroperasi dengan
berbagai teori yang tidak dapat
dihubungkan atau disesuaikan terhadap beberapa kerangka kerja akuntansi
secara logis. Tidak banyak yang mengetahui bahwa banyak perdebatan tentang
teori-teori, praktik, dan prosedur akuntansiyang muncul dari perbedaan dalam
asumsi dasar akuntansi.
Penjelasan
ini adalah sebuah usaha untuk membuka pintu guna menyoroti masalah tersebut
dengan harapan agar kita dapat melangkah lebih lanjut menuju teori akuntansi
umum . setelah mengkaji apa yang tampaknya menjadi konsep akuntansi utama dan
sikap serta konsekuensi berbeda yang terlibat, berikutnya kita akan
menganalisis beberapa faktor perilaku yang mendasari, yang menyebabkan
terdapatnya perbedaan persepsi. Faktor-faktor perilaku yang mendasari tersebut
meniadakan usaha untuk memberikan solusi terhadap dilemma itu dan alasan yang
tidak dapat direkonsiliasikan dengan bermacam-macam konsep dasar.
B.
Rumusan
Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan maka
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sabagai berikut:
1.
Apakah
perbedaan persepsi tentang perusahaan ?
2.
Apakah
teori-teori ekonomi perusahaan ?
3.
Apakah
hipotesis keperilakuan untuk konsep berbeda ?
4.
Apakah
usaha untuk merekonsiliasi konsep dasar ?
C.
Manfaat
dan Tujuan Penulisan
Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan
perbedaan persepsi tentang perusahaan.
2. Menjelaskan
teori-teori
ekonomi perusahaan.
3. Menjelaskan beberapa hipotesis keperilakuan untuk
konsep berbeda.
4. Menjelaskan
usaha
untuk merekonsiliasi konsep dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Persepsi
Berbeda Tentang Perusahaan
Perusahaan
merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling terkait. Sistem
tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses operasi perusahaan
serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Salah satu aspek
terpenting dalam organisasi melibatkan proses akuntansi perusahaan. Akan
tetapi, subjek ‘konsep dasar akuntansi’
merupakan suatu hal yang sering diabaikan. Subjek tersebut terkadang hanya
didasarkan pada akademisi lain dan ditarik dari pojok ‘pengetahuan’ lain sebelum
diabaikan lagi. Dengan beberapa
pengecualian, buku teks dasar telah mengabaikan masalah ini, dan jarang
membahasnya di luar lingkaran akademik. Dua konsep utama yaitu konsep
kepemilikan dan konsep entitas, telah berulang kali dimuat dalam literature dan
terkadang mengalami perbaikan, modifikasi, dan refleksi sudut pandang
alternative sebagai usaha rekonsiliasi.
Konsep
Kepemilikan
Mereka
yang menganut konsep telah memahami perusahaan sebagai sesuatu yang dimiliki
oleh seorang pemilik tunggal, sekumpulan partner, dan sejumlah pemegang saham.
Asset perusahaan dilihat sebagai
kepemilikan dari orang-orang tersebut dan kewajiban (hutang) perusahaan
sebagai kewajiban mereka. Bisnis semata-mata merupakan pemisahan bagian
kepentingan keuangan pemilik yang dicatat secara terpisah karena sesuai dengan
atau dibutuhkan untuk berbagai alasan. Pemilik (proprietor) adalah pusat dari seluruh kepentingan di sepanjang
waktu, dan sudut pandang mereka tercermin dalam catatan akuntansi. Total asset
dikurangi dengan total kewajiban sama dengan kekayaan bersih yang dimasukkan
dalam perusahaan. Pos-pos pendapatan dan biaya akan meningkatkan atau
mengurangi kekayaan bersih.
Ketika
mendistribusikan dividen, perusahaan dipandang benar-benar memberikan sesuatu
yang menjadi bagian dari kekayaan pribadi mereka selama beberapa waktu kepada
tangan pemilik. Pembayaran bunga dan pajak
oleh perusahaan adalah biaya dari
pemilik dan mengurangi kekayaan bersih mereka dengan cara yang sama seperti
biaya operasi perusahaan lainnya.
Konsep
Entitas
Konsep
entitas, sama seperti konsep kepemilikan, merupakan sebuah sudut pandang,
sebuah sikap dalam pikiran yang tidak hanya dibatasi terhadap akuntan. Ini
merupakan esensi dari konsep akuntansi entitas. Penganut konsep ini melihat
entitas sebagai sesuatu yang terpisah
dan berbeda dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada entitas
tersebut. Mereka memandang asset dan kewajiban sebagai milik dari entitas itu
sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik perusaahaan. Ketika
keuntungan diperoleh oleh entitas tersebut, keuntungan tersebut juga menjadi
milik entitas yang akan diserahkan kepada pemegang saham hanya jika dividen
diumumkan. Dalam pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang tidak
dibagi tetap milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas
sendiri,dan ini tidak dipengaruhi oleh penggunaan keuntungan tak terdistribusi
yang dicantumkan pada bagian pemegan saham di neraca.
Pada tahap
ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang entitas benar-benar
melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan pemilik
saham. Bebrapa penulis telah menunjukkan bahwa sistem akuntansi terpisah untuk
aktivitas entitas memberikan bukti dari eksistensi konsep entitas. Namun perlu
disampaikan disini bahwa mereka tidak memahami perusahaan sebagaimana para
penganut konsep entitas murni. Indeks atau pemisahan catatan akuntansi entitas
umumnya disebut “konvensi entitas”, bukan “ konsep entitas “.
Konsep
Tanggung Jawab sosial
Beberapa
orang memahami perusahaan sebagai lembaga social yang beroperasi untuk
memajukan seluruh anggota dan kelompok dalam masyarakat. Mereka melihat
perusahaan bertanggung jawab kepada pemegang saham, manajemen, pegawai,
pemasok, konsumen, pemerintah dan anggota public lainnya. Golongan ini
memberikan konsep ketiga yang dengan jelas menyampaikan ide tanggung jawab
social sebagaimana dengan mana entitas bertidak dan melakukan aktivitasnya.
Sepertinya, konsep ini berhubungan dengan etika dalam hal tujuan, sasaran dan
cara mendapatkan atau mencapai tujuan dan sasaran tersebut, dan bukan dengan
usaha untuk mengubah persepsi perusahaan sebagai entitas yang memiliki aset
bersih.
B.
Teori
- Teori Ekonomi Perusahaan
Jelas
terlihat bahwa konsep kepemilikan konsep entitas perusahaan merupakan bagian
dari disiplin ekonomi tetapi keduanya tidak ditunjukkan dan diberi label dengan
jelas seperti pada disiplin akuntansi. Mc Guire mengatakan area ini telah
ditutupi oleh ekonom yang memandang perusahaan (Enterprise) dan wirausahawan (Entrepreneur)
sebagai suatu kesatuan atau sebagai sesuatu yang sama. Dengan demikian, pada
suatu waktu menyebut keuntungan sebagai pengembalian (Return) bagi perusahaan, sementara pada saat yang lain menyebut
keuntungan sebagai pengembalian (Return)
kepada pemilik perusahaan. Lebih lanjut lagi, ada kebulatan suara diantara para
ekonom tentang jwaban yang tepat terhadap pertanyaan apakah keuntungan
merupakan pengembalian (Return)
terhadap individual atau unit komunitas.
Straus dan
Davis adalah wakil dari ekonom yang mengadopsi konsep entitas serta melihat
perusahaan itu sendiri sebagai wirausahawan dan keuntungan sebagai penghasilan
bersih dari perusahaan. Pandangan ini tentu saja mengeleminasi ketidaksesuain
dari “keuntungan tidak dibagi” dalam model ekonomi.
konsep
kepemilikan tercermin dalam pernyataan ekonom, Milton Friedman, yang
menyampaikan konsep tanggung jawab sosial yang banyak di adopsi oleh pejabat
perusahaan.
Konsekuensi
Dari Sudut Pandang yang Berbeda
Lorig
menampilkan perbedaan akuntansi dan pelaporan yang menurutnya disebabkan oleh
eksistensi dari dua sudut pandang utama. Alasan ini akan sulit menemukan dari
daftar item-item ketika menyampaikan persepsi tentang sudut pandang yang sesuai
dengan perbedaan spesifik. Misalnya, dia mengatakan orang yang menganut konsep
entitas akan mencatat biaya untuk dividen atas saham preferen karena mereka
memandang para pemegang saham preferen sebagai orang yang berbeda diluar
kelompok kepemilikan, tetapi berbeda dalam kategori yang sama dengan pemegang
obligasi. Sementara, orang yang menganut konsep kepemilikan. Tidak memandang
demikian. Mereka yang memandang sudut pandang Husband dan Staubus yang berada
pada ujung (ekstrim) dari kontinum konsep kepemilikan akan menyesuaikan
item-item yang sama ini sesuai dengan sudut pandangnya.s disisi lain, Lorig
memandang pemegang saham preferen sebagai wirausahawan. Dengan demikian, akan
sulit membuat daftar perbedaan komprehensif guna melukiskan seluruh sudut
pandang dalam dua kategori utama.
Banyak hal
dalam daftar Lorig yang berhubungan dengan cara bagaimana item-item
diperlakukan dalam pernyataan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang saham, dan
penulis tidak yakin bahwa pernyataan keuangan tersebut harus mencerminkan sikap
atau konsep perusahaan maupun tanggung jawab dari pihak yang mempersiapkannya.
Ketika pernyataan dipersiapkan, setiap pertimbangan harus didasarkan pada
regulasi agensi serta gaya dan metode yang digunakan sebelumnya. Lebih lanjut, lagi
diasumsikan bahwa orang yang menganut sudut pandang entitas bisa saj
mempersiapkan pernyataan keuangan ini dengan cara yang mereka anggap akan
menyenangkan pemegang saham.
Lorig
menunjukkan semua pendukung konsep entitas tidak tertarik pada penilaian
kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat harga. Hal ini meruakan kebalikan
dari para pendukung sudut pandang kepemilikan yang mempraktikkan penilaian
kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat harga. Orang-prang yang menganut
sudut pandang entitas biasanya lebih peduli pada kehidupan dan pertumbuhan
entitas, dan serta segala sesuatu yang berkaitan guna memastikan bahwa seluruh
aset digunakan secara menguntungkan di berbagai divisi organisasi. Untuk
mengendalikan hal tersebut maupun kinerja manajer secara efektif, nilai
sekarang perlu diperhatikan. Reevaluasi aset sering dibutuhkan guna
memungkinkan dilakukannya hal tersebut. Bagi
penganut sudut pandang entitas, reevaluasi aset akan menambah ekiutas entitas
dengan sendirinya. Meskipun penganut sudut pandang entitas reevaluasi aset
berguna untuk mengarahkan perhatian pada sisi aset dari neraca, terdapat
beberapa perbedaan signifikan antara konsep entitas dengan konsep kepemilikan
dalam hal cara penilaian aset kembali.
C.
Beberapa
Hipotesis Keprilakuan untuk Konsep yang Berbeda
Perusahaan
yang sama, misalnya mengumpulkan fakta yang sama. Namun, fakta tersebut sering
dipandang secara berbeda. Contoh ini semata-mata mengilustrasikan masalah yang
telah diperhatikan oleh para psikolog selama bertahun-tahun. Apa yang disebut
sebagai fakta objektif biasanya hanya merupakan sesuatu yang dipahami oleh
seorang individu. Kita melihat dunia dengan cara yang agak berbeda dengan cara
orang lain sehingga perbedaan dalam persepsi sangat mungkin terjadi.
Memang
didasari bahwa persepsi yang berbeda sering menghasilkan toleransi dan memungkinkan
seseorang untuk meneriama sudut pandang orang lain sebagai sesuatu yang sah
(legitimate). Namun, sebagaimana disampaikan oleh Stagner, orang-orang sering
menjadi sangat terlibat pada situasi di mana mereka gagal membedakan
keterlibatan mereka sendiri dengan fakta spsifik. Secara khusus, ini terjadi
pada situasi yng melibatkan konflik.
Alasan
Terjadinya Perbedaan Persepsi
Secara
jelas, persepsi, sikap, kerangka referensi, nilai, kelompok referensi, norma
kelompok, lingkungan, budaya, sistem kepribadian berhubungan dengan pola
interaksi secara tumpang tindih. Sebagaimana banyak ditulis pada buku-buku
maupun jurnal-jurnal yang khusus membahas mengenai masalah ini, pembahasan pada
buku ini tidak lebih dari sekadar memberikan gambaran kasar yang dibutuhkan
untuk memahami masalah tersebut. Untuk memahami cara manusia merespons dan
mengatasi lingkungan social, kita harus mengetahui apakah arti lingkungan bagi
manusia tersebut. Persepsi umumnya bergantung pada besarnya asumsi yang dibawa
oleh seorang individu pada kesempatan khusus. Makna dan signifikansi yang kita
tentukan pada sesuatu, seseorang, dan suatu kejadin bergantung pada makna dan
signifikansi yang kita bangun menjadi
kerangka referensi melalui pengalaman masa lalu. Kerangka ini mungkin saja menggunakan sistem nilai kita, yang terkadang
dicetak selama bertahun-tahun ketika kita membentuk sikap terhadap bermacam-macam situasi, orang, kelompok, dan
sebagainya. Katz mengatakan bahwa ketika sikap khusus diorganisasikan ke dalam
struktur hierarkis, maka sikap khusus
tersebut mencakup sistem nilai.
Sikap ini
adalah pembentukan psikologis yang kita pelajari sejalan dengan perkembangan
kita; ketika dipelajari, sikap tersebut menuntut kita bertindak menurut
karakteristik tertentu. Ini menunjukkan dampak keluarga perkembangan sikap dari
setiap individu. Banyak orang menganggap faktor keluarga adalah pengaruh
langsung utama karena keluarga merupakan filter biasa dimana budaya , kelas,
agama, dan sumber-sumber lainnya mengalir keseorang individu diawal
perkembangan usianya. Bukti ini disampaikan oleh Lipset yang dari temuan
penelitiannya melaporkan bahwa terdapat konruensi yan relatf tinggi antara
suara ayah dan suara pemilih (voter)
pertama. Namun, terdapat peangaruh penting lain terhadap perkembangan sikap
selain keluarga. Budaya adalah pengaruh paling penting yang sangat berbeda antara
satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ahli antropologi telah menunjukkan
bagaimana perbedaan budaya bertanggung jawab atas bermacam-macam perbedaan
sikap terhadap banyak hal. Namun, dalam pembahasan ini, budaya total tidak
menjadi faktor penting karena terdapat perbedaan persepsi dalam satu budaya.
Selanjutnya,
harus dinyatakan bahwa manusia tidak sepenuhnya menyadari seluruh aspek dari
struktur nilai mereka atau bermacam-macam sikap yang masuk ke struktur
tersebut. Oleh karena itu, mereka tidak sepenuhnya menyadari persepsi mereka
terhadap lingkungan tertentu. Banyak dari nilai-nilai ini terekam di alam bawah
sadar mereka, menunggu kemungkinan untuk tampil jika terdapat motivasi yang
sesuai.
Hipotesis
tersebut didasarkan pada observasi informasi yang dilakukan terhadap beberapa
praktik akuntan public, akuntan dalam perdagangan dan industry, pemegang saham,
para pelaku bisnis dalam segala ukuran, mahasiswa dan seterusnya.
Beberapa
Hipotesis Mengenai Konsep Kepemilikan
Terdapat
hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham dari suatu
perusahaan dalam jumlah yang substansial menagnut pandanagan kepemilikan.
Secara khusus, hal ini terjadi pada pemegang saham yang memiliki saham biasa
dalam kuantitas yang substansial. Di sini, diakui bahwa sebagian besar praktik akuntan public didasarkan pada
pandangan kepemilikan, dan mereka yang membahas hal ini sepertinya setuju bahwa
ini merupakan hasil dari pengadopsian mereka terhadap sudut pandang pemegang saham
ketika mereka melakukan audit terhadap banyak perusahaan. Bagi sebagian besar
akuntan public, fungsi utama sistem akuntansi
adalah mencerminkan kepentingan para pemegang saham. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh badan akuntansi cenderung berorientasi pada gaya dan aroma dari
konsep kepemilikan, dan ini menghasilkan gaya pendidikan kepemilikan akuntan
public yang cenderung menuju pada arah yang sama.hasilnya adalah akuntan publik
cenderung memandang aset bersih sebagai sesuatu yang benar-benar dimilki oleh
pemegang saham.
Selanjutnya
pengaruh dalam keluarga. Banyak istri dan anak dari pemegang saham yang besar
juga menjadi pemegang saham, dan konsep kepemilikan diserap dalam atmosfer
rumah. Banyak akuntan public mengikuti jejak ayahnya, dan bahkan ketika anaknya
masuk kepekerjaan berbeda , mereka sering menggunakan banyak nilai orang tua
sebagai bagian dari nilai yang dianutnya.
Ketika
kepemilikan menyebar diantara ribuan
pemegang saham, pemilik perusahaan hampir tidak dapat dibedakan dengan public
umum. Dengan demikian, citra public dari perusahaan sangat mungkin menjadi
citra dari pemiliknya juga. Tidak satupun dari banyak pemangku kepentingan (stakeholder) kecil dengan masalah
seperti ini menyebut dirinya sebagai pemilik perusahaan yang sahamnya mereka
pegang. Perbedaan dalam sudut pandang mereka sepertinya dikondisikan oleh
faktor-faktor lain.
Beberapa
Hipotesis Berkaitan Dengan Konsep Entitas
Terdapat
hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang tanggung jawabnya
didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi skala hierarkis dari
pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini. Mayoritas dari pegawai
semacam ini, baik secara sadar maupun tidak, memandang entitas sebagai pemilik
dari keuntungan ketika mereka mendapatkan aset bersih. Mereka cenderung
memandang pemegang saham sebagai bagian yang penting bagi perusahaan, tetapi
bukan bagi pemiliknya.
Mereka
yang memandang pembayaran dividen, bunga, dan pajak perusahaan sebagai biaya
dari entitas menjadi eksekutif puncak., sementara mereka yang memandang
pembayaran ini sebagai distribusi keuntungan cenderung menjadi anggota
manajemen menengah yang bertanggung jawab menghasilkan keuntungan tersebut.
Bagi sebagian besar pengontrol dana
akuntan yang dipekerjakan oleh perusahaan, fungsi utama dari catatan akuntansi
adalah memberikan data kepada manajemen guna membantu mereka dalam perencanaan,
pengambilan keputusan, dan fungsi pengendalian.
Pengaruh
lingkungan dalam organisasi, seperti norma kelompok eksekutif, memasukkan dasar-dasar
konsep entitas, dan pengaruh ini segera diinternalisasi oleh anggota kelompok
yang terrlibat secara psikologis di posisi mereka masing-masing. Bahkan, fakta
bahwa anggota kelompok tersebut mungkin menduduki posisi rendah sampai menengah
di perusahaan sepertinya tidak menghalangi mereka untuk memiliki sudut pandang
entitas yng sama dengan yang dipegang oleh eksekutif tersebut. Selain itu, juga
disampaikan hipotesis bahwa isu saham psikologis bagi eksekutif tidak akan
mengubah pandangan bahwa kesejahteraan mereka bergantung pada kehidupan dan
keberhasilan entitas. Mereka tidak akan memandang dirinya sebagai pemilik.
Diskusi
informal penulis dengan banyak orang telah menunjukkan bahwa banyak orang
membuat ramalan mengenai suatu entitas meskipun mereka tidak mempunyai afiliasi
langsung dengan perusahaan atau entitas tersebut. Nilai beberapa orang ini
telah dipengaruhi oleh hubungan dekat mereka dengan eksekutif perusahaan.
Namun, mayoritas dari mereka sepertinya dikondisikan oleh cara di mana
perusahan distruktur dan cara di mana peranan signifikan perusahaan dalam
masyarakat dilakukan. Ketika sebagian besar aturan telah menentukan batasan
legal terhadap penarikan keuntungan atau modal oleh pemegang saham dan
pertukaran saham, serta pemegang saham tidak lagi mempunyai suara dalam
manajemen perusahaan, akan terlihat jelas bahwa entitas legal fiksi menjadi
riil dalam persepsi banyak orang. Hal ini dapat dibuktikan lebih lanjut oleh
perubahan budaya yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Terdapat orang lain
yang tidak mempunyai konsep signifikan tentang perusahaan. Sejarah lingkungan
mereka menunjukkan mereka belum terekspos pada faktor-faktor yang memotivasi
sikap konsekuensi pada area ini.
D.
Usaha
Untuk Merekonsiliasi konsep Dasar
Bagian ini
akan menjelaskan dua usaha untuk merekonsiliasikan konsep kepemilikan dengan
konsep entitas dalam teori akuntansi.
Teori Akuntansi Dana
Teori
akuntansi dana dari Vatter dirancang menjadi sebuah ekspresi dari cara
seseorang memahami perusahaan walaupun sebagian besar menganggap teori dana
sebagai pengembangan dari teori entitas yang dirancang untuk menggunakan
gagasan personalistik, yang merupakan usaha yang semakin banyak dilakukan dari
sudut pandang statistik guna menangani masalah akuntansi.
Akuntansi
dana yang diterapkan oleh Vatter dapat diterapkan pada usaha swasta, badan
pemerintah, lembaga sosial, dan institusi lainnya. Akuntansi dana merupakan
cara memandang aset, bersama-sama dengan ekuitas dan hutang penggunaannya
semata-mata dibatasi pada aset. Akuntansi dana melaporkan penggunaan dari dana
ini dan cara memandang dana tersebut
ketika aliran masuknya meningkat setelah dikurangi dengan pembelanjaan. Hal ini
konsisten dengan cara di mana konsep entitas dipahami dalam perusahaan. Meskipun
demikian, Vatter memandang teori dana yang dicetuskannya sebagai impersonal dan
netral. Untuk mencapai tujuannya, ia akan memasukkan banyak perincian dalam
pernyataan keuangannya sehingg pembaca dapat menghitung angka keuntungan yang
memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi mereka sendiri.
Pegahapusan
Faktor-Faktor
Gagasan
teori dana didasarkan pada asumsi bahwa baik teori entitas maupun teori
kepemilikan setuju terhadap penggunaan berbagai item dalam pernyataan keuangan,
dan keduanya akan setuju dengan cara perhituungan setiap item. Lebih lanjut
lagi, dapat diklaim bahwa persetujuan tesebut tidak mungkin ada pada item-item
tertentu. Karena alasan ini, persiapan pernyataan keuangan netral tidak mungkin
di praktekkan.
Konsep
entitas menekankan pada perusahaan itu sendiri, pada aset dan kapasitasnya.
Konsep kepemilikan menekankan pada kepentingan kelompok kepemilikan dalam
perusahaan dan asetnya. Bagi teoretikus entitas, keuntungan yang diperoleh pada
periode tertentu dapat didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang diekspresikan
dalam mata uang, ketika tidak ada kapasitas transaksi selama periode tersebut,
yang dapat didistribusikan oleh perusahaan kepada para penerima manfaat (beneficiary) tanpa merusak kapasitas
operasi perusahaan. Bagi teoretikus kepemilikan, keuntungan perusahaan
didefinisikan sebagai jumlah maksimum ketika tidak ada transaksi biaya modal
selama periode tersebut, yang dapat didistribusikan leh perusahaan kepada para
penerima manfaat tanpa kontraksi dalam jumlah ekuitas pemegang saham.
Ini merupakan
dua konsep berbeda tentang keuntungan, dan keduanya muncul dari dua konsep
kapasitas berbeda. Ketika harga dan nilai berubah, akuntansi yang berbeda dapat
dihasilkan oleh konsep berbeda antara yang dianut oleh teoretikus entitas
dengan yang dianut oleh teoretikus kepemilikan.
Bagi orang
yang menganut sudut pandang entitas, aset mencerminkan hak perusahaan untuk
menerima barang dan jasa khusus atau keuntunan lainnya dan evaluasi aset dapat
mempengaruhi nilai keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Selanjutnya, orang
yang menganut sudut pandang entitas memandang
pergerakan total dalam nilai pasar sekarang dari aset operasi sebagai
modal.
Sebaliknya
penganut teori kepemilikan juga akan menilai ulang persediaan dan aset
non-lancar dengan bantuan nilai pasar sekarang, mereka akan mengakui
penyimpanan keuntungan (gain) atau
kerugian (loss) terhadap kenaikan
nilai pasar dari aset yang lebih besar(atau lebih kecil) tersebut dibandingakan
dengan pergerakan indeks harga umum yang mencerminkan perubahan kekuatan daya
beli dari ekuitas pemegang saham.
Bagi
mereka yang melihat perusahaan dari sudut pandang kepemilikan, keuntungan
dihitung berdasarkan modal yang dikontribusikan oleh pemegang obligasi ketika
harga naik karena hutang tetap dan akan dilunasi dalam mata uang pada nilai
yang lebih rendah. Bagi mereka yang menganut pandangan kepemilikan ekstrim,
keuntungan dihitung dengan cara yang serupa untuk modal dikontribusikan oleh
pemegang saham preferen. Namun, bagi mereka yang menganut konsep entitas,
seluruh kewajiban dianggap sebagai kewajiban perusahaan itu sendiri, dan tidak
ada perbedaan signfikan yang dibuat antara pemegang saham biasa, pemegang saham
preferen, pemegang obligasi, dan kreditor jangka panjang lainnya.
Teori Komando
Teori
komando dari Goldberg bukan satu—satunya teori yang berarti dalam sudut pandang
sebagian besar orang. Ia sepertinya menegaskan hal ini ketika ia menegaskan
bahwa sebagai gantinya ia memfokuskan perhatian pada perusahaan sebagai sesuatu
yang berbeda. Sebagai entitas abstrak kita seharusnya mengarahkan perhatian
langsung pada fungsi pengendalian yang dapat dilakukan oleh manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari pembahasan Konsep Akuntansi dan Hipotesis dalam pembahasan adalah Perusahaan
merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling terkait. Sistem
tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses operasi perusahaan
serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Beberapa konsep terdiri
dari Konsep Kepemilikan, Konsep Entitas dan Konsep Tanggung Jawab sosial.
Teori-teori
Ekonomi perusahaan menurut Mc Guire yang mengatakan area ini telah ditutupi
oleh ekonom yang memandang perusahaan (Enterprise)
dan wirausahawan (Entrepreneur) sebagai
suatu kesatuan atau sebagai sesuatu yang sama. Straus dan Davis adalah wakil
dari ekonom yang mengadopsi konsep entitas serta melihat perusahaan itu sendiri
sebagai wirausahawan dan keuntungan sebagai penghasilan bersih dari perusahaan.
Dan Milton Friedman, yang menyampaikan konsep tanggung jawab sosial yang banyak
di adopsi oleh pejabat perusahaan.
B.
Saran
Dalam
mengkaji teori-teori akuntansi meskipun terdapat banyak perbedaan persepsi sebaiknya
dari setiap pengamat akuntansi mampu memberikan sikap serta konsekuensi untuk
menghasilkan solusi yang mampu melihat dilema dari kenyataan yang terjadi dalam
kehidupan dunia pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ikshan
Lubis, Arfan Akuntansi Keprilakuan.Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar