Sabtu, 13 Oktober 2012

Makalah Akuntansi keperilakuan



BAB I
PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
Disiplin ilmu akuntansi memiliki banyak cara untuk menggunakan, menyimpulkan, atau membangun suatu teori umum yang didasarkan pada banyak teori sederhana mengenai kejadian-kejadian spesifik yang berkaitan dengan operasi, organisasi, dan sebagainya. Sampai teori umum ini dihasilkan, kita terus beroperasi dengan berbagai teori yang tidak dapat  dihubungkan atau disesuaikan terhadap beberapa kerangka kerja akuntansi secara logis. Tidak banyak yang mengetahui bahwa banyak perdebatan tentang teori-teori, praktik, dan prosedur akuntansiyang muncul dari perbedaan dalam asumsi dasar akuntansi.
Penjelasan ini adalah sebuah usaha untuk membuka pintu guna menyoroti masalah tersebut dengan harapan agar kita dapat melangkah lebih lanjut menuju teori akuntansi umum . setelah mengkaji apa yang tampaknya menjadi konsep akuntansi utama dan sikap serta konsekuensi berbeda yang terlibat, berikutnya kita akan menganalisis beberapa faktor perilaku yang mendasari, yang menyebabkan terdapatnya perbedaan persepsi. Faktor-faktor perilaku yang mendasari tersebut meniadakan usaha untuk memberikan solusi terhadap dilemma itu dan alasan yang tidak dapat direkonsiliasikan dengan bermacam-macam konsep dasar.
B.                 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sabagai berikut:
1.      Apakah perbedaan persepsi tentang perusahaan ?
2.      Apakah  teori-teori ekonomi perusahaan ?
3.      Apakah hipotesis keperilakuan untuk konsep berbeda ?
4.      Apakah usaha untuk merekonsiliasi konsep dasar ?

C.                Manfaat dan Tujuan Penulisan
Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan perbedaan persepsi tentang perusahaan.
2.      Menjelaskan teori-teori ekonomi perusahaan.
3.      Menjelaskan  beberapa hipotesis keperilakuan untuk konsep berbeda.
4.      Menjelaskan usaha untuk merekonsiliasi konsep dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.                Persepsi Berbeda Tentang Perusahaan
Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling terkait. Sistem tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses operasi perusahaan serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Salah satu aspek terpenting dalam organisasi melibatkan proses akuntansi perusahaan. Akan tetapi, subjek  ‘konsep dasar akuntansi’ merupakan suatu hal yang sering diabaikan. Subjek tersebut terkadang hanya didasarkan pada akademisi lain dan ditarik dari pojok ‘pengetahuan’ lain sebelum diabaikan  lagi. Dengan beberapa pengecualian, buku teks dasar telah mengabaikan masalah ini, dan jarang membahasnya di luar lingkaran akademik. Dua konsep utama yaitu konsep kepemilikan dan konsep entitas, telah berulang kali dimuat dalam literature dan terkadang mengalami perbaikan, modifikasi, dan refleksi sudut pandang alternative sebagai usaha rekonsiliasi. 
Konsep Kepemilikan
Mereka yang menganut konsep telah memahami perusahaan sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seorang pemilik tunggal, sekumpulan partner, dan sejumlah pemegang saham. Asset perusahaan dilihat sebagai  kepemilikan dari orang-orang tersebut dan kewajiban (hutang) perusahaan sebagai kewajiban mereka. Bisnis semata-mata merupakan pemisahan bagian kepentingan keuangan pemilik yang dicatat secara terpisah karena sesuai dengan atau dibutuhkan untuk berbagai alasan. Pemilik (proprietor) adalah pusat dari seluruh kepentingan di sepanjang waktu, dan sudut pandang mereka tercermin dalam catatan akuntansi. Total asset dikurangi dengan total kewajiban sama dengan kekayaan bersih yang dimasukkan dalam perusahaan. Pos-pos pendapatan dan biaya akan meningkatkan atau mengurangi kekayaan bersih.
Ketika mendistribusikan dividen, perusahaan dipandang benar-benar memberikan sesuatu yang menjadi bagian dari kekayaan pribadi mereka selama beberapa waktu kepada tangan pemilik. Pembayaran bunga dan pajak  oleh perusahaan adalah biaya dari  pemilik dan mengurangi kekayaan bersih mereka dengan cara yang sama seperti biaya operasi perusahaan lainnya.
Konsep Entitas
Konsep entitas, sama seperti konsep kepemilikan, merupakan sebuah sudut pandang, sebuah sikap dalam pikiran yang tidak hanya dibatasi terhadap akuntan. Ini merupakan esensi dari konsep akuntansi entitas. Penganut konsep ini melihat entitas sebagai  sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada entitas tersebut. Mereka memandang asset dan kewajiban sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik perusaahaan. Ketika keuntungan diperoleh oleh entitas tersebut, keuntungan tersebut juga menjadi milik entitas yang akan diserahkan kepada pemegang saham hanya jika dividen diumumkan. Dalam pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang tidak dibagi tetap milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas sendiri,dan ini tidak dipengaruhi oleh penggunaan keuntungan tak terdistribusi yang dicantumkan pada bagian pemegan saham di neraca.
Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang entitas benar-benar melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan pemilik saham. Bebrapa penulis telah menunjukkan bahwa sistem akuntansi terpisah untuk aktivitas entitas memberikan bukti dari eksistensi konsep entitas. Namun perlu disampaikan disini bahwa mereka tidak memahami perusahaan sebagaimana para penganut konsep entitas murni. Indeks atau pemisahan catatan akuntansi entitas umumnya disebut “konvensi entitas”, bukan “ konsep entitas “.
Konsep Tanggung Jawab sosial
Beberapa orang memahami perusahaan sebagai lembaga social yang beroperasi untuk memajukan seluruh anggota dan kelompok dalam masyarakat. Mereka melihat perusahaan bertanggung jawab kepada pemegang saham, manajemen, pegawai, pemasok, konsumen, pemerintah dan anggota public lainnya. Golongan ini memberikan konsep ketiga yang dengan jelas menyampaikan ide tanggung jawab social sebagaimana dengan mana entitas bertidak dan melakukan aktivitasnya. Sepertinya, konsep ini berhubungan dengan etika dalam hal tujuan, sasaran dan cara mendapatkan atau mencapai tujuan dan sasaran tersebut, dan bukan dengan usaha untuk mengubah persepsi perusahaan sebagai entitas yang memiliki aset bersih.
B.                 Teori - Teori Ekonomi Perusahaan
Jelas terlihat bahwa konsep kepemilikan konsep entitas perusahaan merupakan bagian dari disiplin ekonomi tetapi keduanya tidak ditunjukkan dan diberi label dengan jelas seperti pada disiplin akuntansi. Mc Guire mengatakan area ini telah ditutupi oleh ekonom yang memandang perusahaan (Enterprise) dan wirausahawan (Entrepreneur) sebagai suatu kesatuan atau sebagai sesuatu yang sama. Dengan demikian, pada suatu waktu menyebut keuntungan sebagai pengembalian (Return) bagi perusahaan, sementara pada saat yang lain menyebut keuntungan sebagai pengembalian (Return) kepada pemilik perusahaan. Lebih lanjut lagi, ada kebulatan suara diantara para ekonom tentang jwaban yang tepat terhadap pertanyaan apakah keuntungan merupakan pengembalian (Return) terhadap individual atau unit komunitas.
Straus dan Davis adalah wakil dari ekonom yang mengadopsi konsep entitas serta melihat perusahaan itu sendiri sebagai wirausahawan dan keuntungan sebagai penghasilan bersih dari perusahaan. Pandangan ini tentu saja mengeleminasi ketidaksesuain dari “keuntungan tidak dibagi” dalam model ekonomi.
konsep kepemilikan tercermin dalam pernyataan ekonom, Milton Friedman, yang menyampaikan konsep tanggung jawab sosial yang banyak di adopsi oleh pejabat perusahaan.
Konsekuensi Dari Sudut Pandang yang Berbeda
Lorig menampilkan perbedaan akuntansi dan pelaporan yang menurutnya disebabkan oleh eksistensi dari dua sudut pandang utama. Alasan ini akan sulit menemukan dari daftar item-item ketika menyampaikan persepsi tentang sudut pandang yang sesuai dengan perbedaan spesifik. Misalnya, dia mengatakan orang yang menganut konsep entitas akan mencatat biaya untuk dividen atas saham preferen karena mereka memandang para pemegang saham preferen sebagai orang yang berbeda diluar kelompok kepemilikan, tetapi berbeda dalam kategori yang sama dengan pemegang obligasi. Sementara, orang yang menganut konsep kepemilikan. Tidak memandang demikian. Mereka yang memandang sudut pandang Husband dan Staubus yang berada pada ujung (ekstrim) dari kontinum konsep kepemilikan akan menyesuaikan item-item yang sama ini sesuai dengan sudut pandangnya.s disisi lain, Lorig memandang pemegang saham preferen sebagai wirausahawan. Dengan demikian, akan sulit membuat daftar perbedaan komprehensif guna melukiskan seluruh sudut pandang dalam dua kategori utama.
Banyak hal dalam daftar Lorig yang berhubungan dengan cara bagaimana item-item diperlakukan dalam pernyataan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang saham, dan penulis tidak yakin bahwa pernyataan keuangan tersebut harus mencerminkan sikap atau konsep perusahaan maupun tanggung jawab dari pihak yang mempersiapkannya. Ketika pernyataan dipersiapkan, setiap pertimbangan harus didasarkan pada regulasi agensi serta gaya dan metode yang digunakan sebelumnya. Lebih lanjut, lagi diasumsikan bahwa orang yang menganut sudut pandang entitas bisa saj mempersiapkan pernyataan keuangan ini dengan cara yang mereka anggap akan menyenangkan pemegang saham.
Lorig menunjukkan semua pendukung konsep entitas tidak tertarik pada penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat harga. Hal ini meruakan kebalikan dari para pendukung sudut pandang kepemilikan yang mempraktikkan penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat harga. Orang-prang yang menganut sudut pandang entitas biasanya lebih peduli pada kehidupan dan pertumbuhan entitas, dan serta segala sesuatu yang berkaitan guna memastikan bahwa seluruh aset digunakan secara menguntungkan di berbagai divisi organisasi. Untuk mengendalikan hal tersebut maupun kinerja manajer secara efektif, nilai sekarang perlu diperhatikan. Reevaluasi aset sering dibutuhkan guna memungkinkan dilakukannya hal tersebut.  Bagi penganut sudut pandang entitas, reevaluasi aset akan menambah ekiutas entitas dengan sendirinya. Meskipun penganut sudut pandang entitas reevaluasi aset berguna untuk mengarahkan perhatian pada sisi aset dari neraca, terdapat beberapa perbedaan signifikan antara konsep entitas dengan konsep kepemilikan dalam hal cara penilaian aset kembali.
C.                Beberapa Hipotesis Keprilakuan untuk Konsep yang Berbeda
Perusahaan yang sama, misalnya mengumpulkan fakta yang sama. Namun, fakta tersebut sering dipandang secara berbeda. Contoh ini semata-mata mengilustrasikan masalah yang telah diperhatikan oleh para psikolog selama bertahun-tahun. Apa yang disebut sebagai fakta objektif biasanya hanya merupakan sesuatu yang dipahami oleh seorang individu. Kita melihat dunia dengan cara yang agak berbeda dengan cara orang lain sehingga perbedaan dalam persepsi sangat mungkin terjadi.
Memang didasari bahwa persepsi yang berbeda sering menghasilkan toleransi dan memungkinkan seseorang untuk meneriama sudut pandang orang lain sebagai sesuatu yang sah (legitimate). Namun, sebagaimana disampaikan oleh Stagner, orang-orang sering menjadi sangat terlibat pada situasi di mana mereka gagal membedakan keterlibatan mereka sendiri dengan fakta spsifik. Secara khusus, ini terjadi pada situasi yng melibatkan konflik.
Alasan Terjadinya Perbedaan Persepsi
Secara jelas, persepsi, sikap, kerangka referensi, nilai, kelompok referensi, norma kelompok, lingkungan, budaya, sistem kepribadian berhubungan dengan pola interaksi secara tumpang tindih. Sebagaimana banyak ditulis pada buku-buku maupun jurnal-jurnal yang khusus membahas mengenai masalah ini, pembahasan pada buku ini tidak lebih dari sekadar memberikan gambaran kasar yang dibutuhkan untuk memahami masalah tersebut. Untuk memahami cara manusia merespons dan mengatasi lingkungan social, kita harus mengetahui apakah arti lingkungan bagi manusia tersebut. Persepsi umumnya bergantung pada besarnya asumsi yang dibawa oleh seorang individu pada kesempatan khusus. Makna dan signifikansi yang kita tentukan pada sesuatu, seseorang, dan suatu kejadin bergantung pada makna dan signifikansi  yang kita bangun menjadi kerangka referensi melalui pengalaman masa lalu. Kerangka ini mungkin saja  menggunakan sistem nilai kita, yang terkadang dicetak selama bertahun-tahun ketika  kita membentuk sikap terhadap  bermacam-macam situasi, orang, kelompok, dan sebagainya. Katz mengatakan bahwa ketika sikap khusus diorganisasikan ke dalam struktur hierarkis, maka sikap  khusus tersebut mencakup sistem nilai.
Sikap ini adalah pembentukan psikologis yang kita pelajari sejalan dengan perkembangan kita; ketika dipelajari, sikap tersebut menuntut kita bertindak menurut karakteristik tertentu. Ini menunjukkan dampak keluarga perkembangan sikap dari setiap individu. Banyak orang menganggap faktor keluarga adalah pengaruh langsung utama karena keluarga merupakan filter biasa dimana budaya , kelas, agama, dan sumber-sumber lainnya mengalir keseorang individu diawal perkembangan usianya. Bukti ini disampaikan oleh Lipset yang dari temuan penelitiannya melaporkan bahwa terdapat konruensi yan relatf tinggi antara suara ayah dan suara pemilih (voter) pertama. Namun, terdapat peangaruh penting lain terhadap perkembangan sikap selain keluarga. Budaya adalah pengaruh paling penting yang sangat berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ahli antropologi telah menunjukkan bagaimana perbedaan budaya bertanggung jawab atas bermacam-macam perbedaan sikap terhadap banyak hal. Namun, dalam pembahasan ini, budaya total tidak menjadi faktor penting karena terdapat perbedaan persepsi dalam satu budaya.
Selanjutnya, harus dinyatakan bahwa manusia tidak sepenuhnya menyadari seluruh aspek dari struktur nilai mereka atau bermacam-macam sikap yang masuk ke struktur tersebut. Oleh karena itu, mereka tidak sepenuhnya menyadari persepsi mereka terhadap lingkungan tertentu. Banyak dari nilai-nilai ini terekam di alam bawah sadar mereka, menunggu kemungkinan untuk tampil jika terdapat motivasi yang sesuai.
Hipotesis tersebut didasarkan pada observasi informasi yang dilakukan terhadap beberapa praktik akuntan public, akuntan dalam perdagangan dan industry, pemegang saham, para pelaku bisnis dalam segala ukuran, mahasiswa dan seterusnya.
Beberapa Hipotesis Mengenai Konsep Kepemilikan
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham dari suatu perusahaan dalam jumlah yang substansial menagnut pandanagan kepemilikan. Secara khusus, hal ini terjadi pada pemegang saham yang memiliki saham biasa dalam kuantitas yang substansial. Di sini, diakui bahwa sebagian besar  praktik akuntan public didasarkan pada pandangan kepemilikan, dan mereka yang membahas hal ini sepertinya setuju bahwa ini merupakan hasil dari pengadopsian mereka terhadap sudut pandang pemegang saham ketika mereka melakukan audit terhadap banyak perusahaan. Bagi sebagian besar akuntan public, fungsi utama sistem akuntansi  adalah mencerminkan kepentingan para pemegang saham. Pemeriksaan yang dilakukan oleh badan akuntansi cenderung berorientasi pada gaya dan aroma dari konsep kepemilikan, dan ini menghasilkan gaya pendidikan kepemilikan akuntan public yang cenderung menuju pada arah yang sama.hasilnya adalah akuntan publik cenderung memandang aset bersih sebagai sesuatu yang benar-benar dimilki oleh pemegang saham.
Selanjutnya pengaruh dalam keluarga. Banyak istri dan anak dari pemegang saham yang besar juga menjadi pemegang saham, dan konsep kepemilikan diserap dalam atmosfer rumah. Banyak akuntan public mengikuti jejak ayahnya, dan bahkan ketika anaknya masuk kepekerjaan berbeda , mereka sering menggunakan banyak nilai orang tua sebagai bagian dari nilai yang dianutnya.
Ketika kepemilikan menyebar  diantara ribuan pemegang saham, pemilik perusahaan hampir tidak dapat dibedakan dengan public umum. Dengan demikian, citra public dari perusahaan sangat mungkin menjadi citra dari pemiliknya juga. Tidak satupun dari banyak pemangku kepentingan (stakeholder) kecil dengan masalah seperti ini menyebut dirinya sebagai pemilik perusahaan yang sahamnya mereka pegang. Perbedaan dalam sudut pandang mereka sepertinya dikondisikan oleh faktor-faktor lain.
Beberapa Hipotesis Berkaitan Dengan Konsep Entitas
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang tanggung jawabnya didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi skala hierarkis dari pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini. Mayoritas dari pegawai semacam ini, baik secara sadar maupun tidak, memandang entitas sebagai pemilik dari keuntungan ketika mereka mendapatkan aset bersih. Mereka cenderung memandang pemegang saham sebagai bagian yang penting bagi perusahaan, tetapi bukan bagi pemiliknya.
Mereka yang memandang pembayaran dividen, bunga, dan pajak perusahaan sebagai biaya dari entitas menjadi eksekutif puncak., sementara mereka yang memandang pembayaran ini sebagai distribusi keuntungan cenderung menjadi anggota manajemen menengah yang bertanggung jawab menghasilkan keuntungan tersebut. Bagi sebagian besar pengontrol  dana akuntan yang dipekerjakan oleh perusahaan, fungsi utama dari catatan akuntansi adalah memberikan data kepada manajemen guna membantu mereka dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan fungsi pengendalian.
Pengaruh lingkungan dalam organisasi, seperti norma kelompok eksekutif, memasukkan dasar-dasar konsep entitas, dan pengaruh ini segera diinternalisasi oleh anggota kelompok yang terrlibat secara psikologis di posisi mereka masing-masing. Bahkan, fakta bahwa anggota kelompok tersebut mungkin menduduki posisi rendah sampai menengah di perusahaan sepertinya tidak menghalangi mereka untuk memiliki sudut pandang entitas yng sama dengan yang dipegang oleh eksekutif tersebut. Selain itu, juga disampaikan hipotesis bahwa isu saham psikologis bagi eksekutif tidak akan mengubah pandangan bahwa kesejahteraan mereka bergantung pada kehidupan dan keberhasilan entitas. Mereka tidak akan memandang dirinya sebagai pemilik.
Diskusi informal penulis dengan banyak orang telah menunjukkan bahwa banyak orang membuat ramalan mengenai suatu entitas meskipun mereka tidak mempunyai afiliasi langsung dengan perusahaan atau entitas tersebut. Nilai beberapa orang ini telah dipengaruhi oleh hubungan dekat mereka dengan eksekutif perusahaan. Namun, mayoritas dari mereka sepertinya dikondisikan oleh cara di mana perusahan distruktur dan cara di mana peranan signifikan perusahaan dalam masyarakat dilakukan. Ketika sebagian besar aturan telah menentukan batasan legal terhadap penarikan keuntungan atau modal oleh pemegang saham dan pertukaran saham, serta pemegang saham tidak lagi mempunyai suara dalam manajemen perusahaan, akan terlihat jelas bahwa entitas legal fiksi menjadi riil dalam persepsi banyak orang. Hal ini dapat dibuktikan lebih lanjut oleh perubahan budaya yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Terdapat orang lain yang tidak mempunyai konsep signifikan tentang perusahaan. Sejarah lingkungan mereka menunjukkan mereka belum terekspos pada faktor-faktor yang memotivasi sikap konsekuensi pada area ini.
D.                Usaha Untuk Merekonsiliasi konsep Dasar
Bagian ini akan menjelaskan dua usaha untuk merekonsiliasikan konsep kepemilikan dengan konsep entitas dalam teori akuntansi.
Teori Akuntansi Dana
Teori akuntansi dana dari Vatter dirancang menjadi sebuah ekspresi dari cara seseorang memahami perusahaan walaupun sebagian besar menganggap teori dana sebagai pengembangan dari teori entitas yang dirancang untuk menggunakan gagasan personalistik, yang merupakan usaha yang semakin banyak dilakukan dari sudut pandang statistik guna menangani masalah akuntansi.
Akuntansi dana yang diterapkan oleh Vatter dapat diterapkan pada usaha swasta, badan pemerintah, lembaga sosial, dan institusi lainnya. Akuntansi dana merupakan cara memandang aset, bersama-sama dengan ekuitas dan hutang penggunaannya semata-mata dibatasi pada aset. Akuntansi dana melaporkan penggunaan dari dana ini dan cara memandang dana  tersebut ketika aliran masuknya meningkat setelah dikurangi dengan pembelanjaan. Hal ini konsisten dengan cara di mana konsep entitas dipahami dalam perusahaan. Meskipun demikian, Vatter memandang teori dana yang dicetuskannya sebagai impersonal dan netral. Untuk mencapai tujuannya, ia akan memasukkan banyak perincian dalam pernyataan keuangannya sehingg pembaca dapat menghitung angka keuntungan yang memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi mereka sendiri.
Pegahapusan Faktor-Faktor
Gagasan teori dana didasarkan pada asumsi bahwa baik teori entitas maupun teori kepemilikan setuju terhadap penggunaan berbagai item dalam pernyataan keuangan, dan keduanya akan setuju dengan cara perhituungan setiap item. Lebih lanjut lagi, dapat diklaim bahwa persetujuan tesebut tidak mungkin ada pada item-item tertentu. Karena alasan ini, persiapan pernyataan keuangan netral tidak mungkin di praktekkan.
Konsep entitas menekankan pada perusahaan itu sendiri, pada aset dan kapasitasnya. Konsep kepemilikan menekankan pada kepentingan kelompok kepemilikan dalam perusahaan dan asetnya. Bagi teoretikus entitas, keuntungan yang diperoleh pada periode tertentu dapat didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang diekspresikan dalam mata uang, ketika tidak ada kapasitas transaksi selama periode tersebut, yang dapat didistribusikan oleh perusahaan kepada para penerima manfaat (beneficiary) tanpa merusak kapasitas operasi perusahaan. Bagi teoretikus kepemilikan, keuntungan perusahaan didefinisikan sebagai jumlah maksimum ketika tidak ada transaksi biaya modal selama periode tersebut, yang dapat didistribusikan leh perusahaan kepada para penerima manfaat tanpa kontraksi dalam jumlah ekuitas pemegang saham.
Ini merupakan dua konsep berbeda tentang keuntungan, dan keduanya muncul dari dua konsep kapasitas berbeda. Ketika harga dan nilai berubah, akuntansi yang berbeda dapat dihasilkan oleh konsep berbeda antara yang dianut oleh teoretikus entitas dengan yang dianut oleh teoretikus kepemilikan.
Bagi orang yang menganut sudut pandang entitas, aset mencerminkan hak perusahaan untuk menerima barang dan jasa khusus atau keuntunan lainnya dan evaluasi aset dapat mempengaruhi nilai keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Selanjutnya, orang yang menganut sudut pandang entitas memandang  pergerakan total dalam nilai pasar sekarang dari aset operasi sebagai modal.               
Sebaliknya penganut teori kepemilikan juga akan menilai ulang persediaan dan aset non-lancar dengan bantuan nilai pasar sekarang, mereka akan mengakui penyimpanan keuntungan (gain) atau kerugian (loss) terhadap kenaikan nilai pasar dari aset yang lebih besar(atau lebih kecil) tersebut dibandingakan dengan pergerakan indeks harga umum yang mencerminkan perubahan kekuatan daya beli dari ekuitas pemegang saham.
Bagi mereka yang melihat perusahaan dari sudut pandang kepemilikan, keuntungan dihitung berdasarkan modal yang dikontribusikan oleh pemegang obligasi ketika harga naik karena hutang tetap dan akan dilunasi dalam mata uang pada nilai yang lebih rendah. Bagi mereka yang menganut pandangan kepemilikan ekstrim, keuntungan dihitung dengan cara yang serupa untuk modal dikontribusikan oleh pemegang saham preferen. Namun, bagi mereka yang menganut konsep entitas, seluruh kewajiban dianggap sebagai kewajiban perusahaan itu sendiri, dan tidak ada perbedaan signfikan yang dibuat antara pemegang saham biasa, pemegang saham preferen, pemegang obligasi, dan kreditor jangka panjang lainnya.
 Teori Komando
Teori komando dari Goldberg bukan satu—satunya teori yang berarti dalam sudut pandang sebagian besar orang. Ia sepertinya menegaskan hal ini ketika ia menegaskan bahwa sebagai gantinya ia memfokuskan perhatian pada perusahaan sebagai sesuatu yang berbeda. Sebagai entitas abstrak kita seharusnya mengarahkan perhatian langsung pada fungsi pengendalian yang dapat dilakukan oleh manusia.

BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan Konsep Akuntansi dan Hipotesis dalam pembahasan adalah Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling terkait. Sistem tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses operasi perusahaan serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Beberapa konsep terdiri dari Konsep Kepemilikan, Konsep Entitas dan Konsep Tanggung Jawab sosial.
Teori-teori Ekonomi perusahaan menurut Mc Guire yang mengatakan area ini telah ditutupi oleh ekonom yang memandang perusahaan (Enterprise) dan wirausahawan (Entrepreneur) sebagai suatu kesatuan atau sebagai sesuatu yang sama. Straus dan Davis adalah wakil dari ekonom yang mengadopsi konsep entitas serta melihat perusahaan itu sendiri sebagai wirausahawan dan keuntungan sebagai penghasilan bersih dari perusahaan. Dan Milton Friedman, yang menyampaikan konsep tanggung jawab sosial yang banyak di adopsi oleh pejabat perusahaan.
B.                Saran
Dalam mengkaji teori-teori akuntansi meskipun terdapat banyak perbedaan persepsi sebaiknya dari setiap pengamat akuntansi mampu memberikan sikap serta konsekuensi untuk menghasilkan solusi yang mampu melihat dilema dari kenyataan yang terjadi dalam kehidupan dunia pada umumnya.














DAFTAR PUSTAKA
Ikshan Lubis, Arfan  Akuntansi Keprilakuan.Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat, 2010.

Tidak ada komentar: