PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA
JANGKA PENDEK.
Analisis hubungan biaya – volume – laba merupakan teknik
untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya
terhadap laba, untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
A.
PERENCANAAN
LABA JANGKA PENDEK
Dalam penyusunan anggaran manajemen memerlukan informasi
akuntansi untuk mempertimbangkan berbagai dampak terhadap laba akibat
dipilihnya suatu alternatif. Laba perusahaan dalam jangka pendek dipengaruhi
oleh pendapatan (hasil kali volume penjualan dengan harga jual) biaya variabel,
dan biaya tetap. Manajemen memerlukan informasi akuntansi differensial yang
terdiri dari informasi pendapatan differensial dan informasi biaya
differensial, untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga
jual, dan biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas dan biaya – volume – laba merupakan
teknik yang menggunakan informasi akuntansi differensial untuk membantu
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Dengan mengetahui dampak
terhadap laba, setiap alternatif tindakan yang dipertimbangkan manajemen akan
memiliki dasar yang kuat untuk memilih, sehingga ia akan mampu mengambil
keputusan secara ekonomis rasional.
Contoh:
Dalam
proses penyusunan anggaran, departemen anggaran PT. X menyajikan laporan rugi –
laba yang diproyeksikan untuk tahun anggaran yang akan datang seperti berikut:
PT.
X
Laporan
Rugi – Laba yang di Proyeksikan
Tahun
Anggaran 19X2
Jumlah
%
Pendapatan Penjualan Rp.
500.000.000 100
Biaya Variabel Rp. 300.000.000 60
Laba Kontribusi Rp.
200.000.000 40
Biaya Tetap Rp. 150.000.000 30
Laba Bersih Rp. 50.000.000 10
Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan,
Laporan Rugi – Laba yang disusun dengan metode variabel costing sangat membantu
manajemen puncak karena pengambilan keputusan jangka pendek umumnya menyangkut
atau mengakibatkan penambahan atau penggurangan volume kegiatan, maka informasi
biaya yang dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan akan sangat membantu. Dari laporan diatas manajemen dapat
memperoleh berbagai parameter (gambaran sesuatu dalam bentuk angka) berikut
ini:
a) Impas.
Impas dapat dihitung sebesar Rp.375.000.000 (Rp.150.000.000 : 40%). Angka itu
menunjukan bahwa dari target pendapatan penjualan yang direncanakan sebesar Rp.
500.000.000 dalam tahun anggaran tersebut, minimum perusahaan harus dapat
menjual Rp.375.000.000, agar perusahaan tidak rugi. Dalam proses perencanaan
laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi impas untuk mempertimbangkan
berbagai usulan kegiatan. Suatu usulan kegiatan yang mengakibatkan turunnya
impas akan menarik manajemen jika dibandingkan dengan yang mengakibatkan
kenaikan impas, karena semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan
perusahaan memperoleh kesempatan mendapatkan laba.
b) Margin
of Safety. Manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran laba
yang diproyeksikan dalam tahun anggaran yang akan datang. Dari contoh diatas
karena impas dihitung sebesar Rp. 375.000.000 maka jumlah maksimum penurunan target
pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian
adalah Rp. 125.000.000 (Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000) atau 25 % (Rp.
125.000.000 : Rp. 500.000.000). Semakin besar margin of safety semakin besar
kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba begitu juga sebaliknya.
c) Titik
Penutupan Usaha (Shut Down Point). Manajemen memerlukan informasi ini, jika
misalnya diketahui bahwa dari biaya tetap perusahaan sebesar Rp. 150.000.000,
Rp. 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka dalam tahun anggaran 19X2, titik
penutupan usaha adalah sebesar Rp. 250.000.000 (Rp. 100.000.000 : 40%), berarti
dibawah pendapatan penjualan Rp.
250.000.000, usaha perusahaan tersebut secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan
karena pendapatan penjualan dibawah jumlah tersebut akan mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
d) Degree
of Operating Leverage. Manajemen memerlukan informasi ini yang dihitung dari
data diatas adalah 4 kali (Rp. 200.000.000 : Rp. 50.000.000) yang berarti
setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4 x 1%) kenaikan
laba bersih. Dengan demikian usulan kegiatan diharapkan akan menaikkan
pendapatan penjualan sebesar 5%, maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih
perusahaan diharapkan akan mengalami kenaikan 20% (4 x 5%).
Berikut
ini proses perencanaan laba jangka pendek dan informasi akuntansi differensial
yang diperlukan untuk analisis biaya – volume – laba.
Usulan Kegiatan
|
Perubahan: Biaya
|
Perubahan: Harga Jual Volume
Penjualan
|
Biaya Differensial
|
Laba Differensial
|
Pendapatan Differensial
|
e) Laba
Kontribusi per Unit. Laba kontribusi merupakan kelebihan pendapatan penjualan
diatas biaya variabel. Informasi ini memberikan gambaran jumlah yang tersedia
untuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba. Semakin besar laba
kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup
biaya tetap dan untuk menghasilkan laba. Jika informasi laba kontribusi per
unit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka, manajemen akan
memperoleh informasi berbagai macam untuk menghasilkan laba. Ini juga memberikan
landasan dalam pemilihan produk yang mampu menghasilkan laba tertinggi dalam
memanfaatkan sumber daya yang langka.
B.
REKAYASA
PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Kebutuhan manajemen akan parameter yang digunakan untuk
mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam perencanaan laba jangka pendek
yaitu:
a) Impas
Impas (break – even) adalah
keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Suatu
usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya atau apabila
laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis
impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu
usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba.
Ada dua cara untuk
menentukan impas: pendekatan teknik persamaan dan pendekatan grafis. Penentuan
dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan
sama dengan biaya ditambah laba sedangkan penentuan impas dengan pendekatan
grafis dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan
penjualan dan garis biaya dalam suatu grafik yang disebut grafik impas.
Ø Perhitungan
Impas dengan Pendekatan Teknik Persamaan
Laba
adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya atau dinyatakan dalam
persamaan berikut:
y =
cx – bx – a
Keterangan:
y = laba
c = harga jual per satuan
x = jumlah produk yang dijual
b = biaya variabel per satuan
a = biaya tetap
Jika persamaan
tersebut dinyatakan dalam bentuk Laporan Rugi – Laba metode variabel costing
sebagai berikut:
Pendapatan penjualan cx
Biaya
variabel bx -
Laba kontribusi cx – bx
Biaya tetap a -
Laba
bersih y
Rumus perhitungan Impas
dalam satuan produk yang dijual adalah:
Impas (satuan produk yang
dijual) =
Impas dalam rupiah penjualan dapat dicari
rumusnya dengan cara mengalikan rumus impas tersebut dengan c, yaitu harga jual
per satuan produk.
cx =
ca
=
=
=
=
Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah
penjualan adalah:
Impas (dalam rupiah
penjualan) =
Catatan: 1 – b/c disebut
marginal income ratio atau contribution margin ratio yaitu hasil bagi laba
kontribusi dengan pendapatan penjualan.
Ø Perhitungan
Impas dengan Pendekatan Grafis
Perhitungan impas
dapat dilakukan dengan menentukan titik pertemuan antara garis pendapatan
penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Untuk dapat menentukan titik
impas harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukan volume penjualan,
sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya dan pendapatan. Jika harga jual produk
per satuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar x, biaya tetap
sebesar a dan biaya variabel sebesar b per satuan x untuk volume penjualan
sebesar x maka:
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel =
bx
Biaya tetap = a
Ø Grafik
Impas dan Struktur Biaya
Bentuk grafik impas
dapat menunjukan sifat kegiatan perusahaan dan kegiatan apa yang hendaknya
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam perusahaan yang biaya tetapnya
relatif besar, impas biasanya akan tercapai pada titik volume penjualan yang
relatif tinggi. Bentuk grafik impas biasanya sebagai berikut:
Volume Penjualan
|
Pendapatan & biaya
|
Titik Impas
|
Usaha pokok manajemen
perusahaan yang biaya tetapnya tinggi adalah memaksimumkan pendapatan untuk
memaksimumkan pendapatan dapat dilakukan dengan cara memberi potongan tarif
pada masa liburan. Selama tarif tersebut masih menghasilkan laba kontribusi,
maka tindakan tersebut masih menguntungkan karena akan menambah kontribusi
untuk menutup biaya tetap. Dalam perusahaan yang biayanya relatif rendah impas
biasanya akan tercapai pada tingkat volume penjualan yang relatif rendah juga.
Usaha pokok manajemen perusahaan yang biayanya relatif rendah adalah
memperbaiki hubungan antara biaya dan harga jual agar titik impas dapat
diturunkan, sehingga daerah laba menjadi luas.
Ø Impas
dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Setiap produk yang
diproduksi mengkonsumsi non – unit – related overhead costs dengan proporsi
yang berbeda – beda. Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju
digambarkan sebagai berikut:
Facility
– Sustaining Costs
|
Non
– unit – related Costs
|
Product
– Sustaining Costs
|
Batc
– related Costs
|
Unit
– related Costs
|
Unit
– level Activity Costs
|
Beda antara perhitungan impas konvensional dan activity –
based costing terletak pada unsur biaya variabel yang digunakan dalam
perhitungan impas. Perhitungan impas tradisional menentukan biaya variabel
berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan unit – level
activities saja. Proporsi non – unit – related activities (seperti batch –
related activities, product – sustaining activities, dan facility sustaining
activities) menjadi signifikan dalam lingkungan manufaktur maju dan setiap
produk mengkonsumsi berbagai tipe aktifitas dengan proporsi yang berbeda –
beda. Dalam perhitungan impas konvensional total biaya terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel yang dinyatakan sebagai berikut:
k
= a + bx
Keterangan:
k =
total biaya
a =
total biaya tetap
b =
biaya fariabel per unit
x =
unit-level activities
Dalam perhitungan
impas berdasarkan activity-based costing,total biaya terdiri dari biaya tetap
dan berbagai tipe biaya variabel,yng di
nyatakan dalam persamaan berikut:
k
= a + b1 x1
+ b2 x2 + b3x3
Keterangan:
k =
total biaya
a =
facility sustaining activity costs
b1
= biaya fariabel per unit
unit-level activity
b2
= biaya fariabel per satuan batch-
related activity
b3
= biaya fariabel per satuan product –
sustaining activity
x1
= unit-level activities
x2
= batch-related activities
x3
= product- sustaining activities
Ø Impas
dengan Pendekatan Activity Based Costing
Biaya perlu di rinci
lebih lanjut menurut prilaku biaya dalam hubungannya dengan berbagai tipe
aktifitas.
Impas=
Biaya tetap yang di
pakai sebagai pembilang dalam formula perhitungan impas dengan pendekatan
activity – based costing di rinci dalam tiga kelompok biaya: facility sustining
activity costs, produk-sustaining activity costs, dan batch-related activity
costs. Pemecahan biaya tetap kedalam tiga golongan tersebut menjadikan formula
perhitungan impas lebih memiliki dimensi stratejik dalam pengambilan keputusan
di bandingkan dengan formula konfensional.
Ø Grafik
Laba Satuan (Unit Profit Graph)
Untuk mengetahui
pengaruh biaya tetap terhadap biaya persatuan,maka di susunlan grafik laba per
satuan. Dalam grafik di gambarkan pendapatan ,biaya variabel dan total biaya
per satuan produk.
Contoh:
(Angka
Rupiah dalam Ribuan)
Volume penjualan (kg)
|
1.000
|
800
|
600
|
400
|
200
|
Biaya Variabel/kg
|
Rp. 43,00
|
Rp. 43,00
|
Rp. 43,00
|
Rp. 43,00
|
Rp. 43,00
|
Biaya Tetap/kg
|
Rp. 77,40
|
Rp. 96,75
|
Rp.129,00
|
Rp.193,50
|
Rp.387,00
|
Total Biaya per kg
|
Rp.120,40
|
Rp.139,75
|
Rp.172,66
|
Rp.236,50
|
Rp.430,00
|
Harga Jual per kg
|
Rp.172,00
|
Rp.172,00
|
Rp.172,00
|
Rp.172,00
|
Rp.172,00
|
Laba (Rugi) per kg
|
Rp. 51,60
|
Rp. 32,25
|
Rp. 0,00
|
(Rp.64,50)
|
Rp.258,00
|
b) Margin
of Safety
Angka impas di
hubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang di anggarkan akan di
peroleh informasi berapa volume
penjualan yang di anggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar
perusahaan tidak menderta rugi. Selisi antara volume penjualan yang di
anggarkan dengan folume penjualan impas merupakan angka margin of safety.
Angka margin of safety ini
berhubungan langsung dengan laa apabila di hubungkan dengan margin income
rasio(profit-volume rasio):
Laba = profit-folume ratio x
margin of safety ratio
Laba =
Margin of safety ratio (M/S)
dapat di hitung dangan rumus :
M/S rasio =
Harga jual & biaya per satuan
(Ribuan Rupiah)
|
440
|
Laba Kontribusi
|
Impas
|
Biaya per satuan Rp.430.000 (biaya
tetap per satuan Rp.387.000)
|
360
|
Biaya per satuan Rp.236.500 (biaya
tetap per satuan Rp.193.500)
|
280
|
Garis Harga jual per satuan
|
200
|
120
|
Biaya per satuan Rp.139.750 (biaya
tetap per satuan Rp.96.750)
|
Biaya per satuan Rp.120.400 (biaya
tetap per satuan Rp.77.400)
|
40
|
1000
|
800
|
400
|
200
|
600
|
Volume Penjualan
|
c) Titik
Penutupan Usaha (Shut-Down Point)
Dalam
pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya
keluar dari kantong dengan biaya terbenam yaitu pengeluaran yang di lakukan
pada masa lalu, yang manfaatnya masih di nikmati sampai sekarang. Contoh biaya
terbenam adalah biaya depresiasi,amortisasi dan deplesi.
Angka
Rupiah dalam Ribuan
Biaya
tetap
Volume penjualan (Kg)
|
Pendapatan penjualan
|
Biaya variabel
|
Keluar dari kantong tunai
|
Terbenam (sunk)
|
Laba (Rugi)
|
|
Akuntansi
|
Tunai (2)-(3+4) atau(5+6)
|
|||||
(1)xRp172
|
(1)x Rp43
|
|
(2)-(3+4+5)
|
|||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
1.000
|
Rp172.000
|
Rp43.000
|
Rp64.500
|
Rp.12.900
|
Rp.51.600
|
Rp.64.500
|
600
|
103.200
|
25.800
|
64.500
|
12.900
|
0
|
12.900
|
500
|
86.000
|
21.500
|
64.500
|
12.900
|
(12.900)
|
0
|
200
|
34.400
|
8.600
|
64.500
|
12.900
|
(51.600)
|
(38.700)
|
d) Degree
of Operating Laverage
Disamping impas,
margin of safety, dan shut down point, laporan laba rugi yang disusun
berdasarkan metode variable costing memiliki satu parameter lagi yang disebut
degree of operating laverage yang memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan
penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter
ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating
laverage dihitung dengan rumus berikut ini:
Degree of operating
laverage
Karena laba
kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan demikian
setiap perubahan pendapatan penjualan dapat diketahui dengan cepat dampak
perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan angka degree of operating
laverage.
Ø Anggapan
yang Mendasari Analisis Impas
Ramalan
impas ini hanya akan tepat apabila variabel-variabel yang dipakai untuk
menghitung impas tidak berubah karena rumus perhitungan impas adalah:
Suatu
perubahan dalam biaya variable akan mengakibatkan perubahan pada contribution
margin ratio dan impas.
1. Suatu
perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution
margin ratio dan impas.
2. Angka
laba kontribusi hanya dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variable dan harga
jual.
3. Suatu
perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tetapi tidak
mempengaruhi laba kontribusi.
4. Suatu
perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variable pada arah yang sama
akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.
Secara rinci anggapan (asumsi) yang
mendasari analisis impas adalah:
1. Variabilitas
biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
2. Harga
jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
3. Kapasitas
produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
4. Harga
factor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
5. Efisiensi
produksi dianggap tidak berubah-ubah.
6. Perubahan
jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi
produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.
C.
ANALISIS
BIAYA VOLUME LABA
Analisis impas memberikan informasi
tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu usaha agar tidak mengalami
kerugian. Dan analisis tersebut juga dapat diketahui seberapa jauh volume
penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Analisis impas menyajikan informasi untuk perencanaan volume
penjualan. Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume
laba karena untuk mengetahui impas maupun margin margi of safety perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara
biaya, volume dan laba.
Untuk
memudahkan analisis dampak perubahan biaya, volume, dan harga jual terhadap
laba, dapat dibuat grafik laba dan volume. Pembuatan grafik ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Dibuat
grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis penjualan yang
dibuat mendatar.
2. Kemudian
ditarik garis rugi-laba yang menghubungkan titik-titik rugi atau laba pada
berbagai volume penjualan.
3. Titik
pertemuan garis rugi-laba dengan garis penjualan menunjukan titik garis.
1) Manfaat
Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba bagi Manajemen
Hubungan
antara biaya, volume, dan laba, dipengaruhi oleh lima faktor atau suatu
kombinasi faktor-faktor berikut ini:
1. Harga
jual persatuan.
2. Volume
penjualan.
3. Komposisi
produk yang dijual.
4. Biaya
variable persatuan’
5. Total
biaya.
2) Dampak
Perubahan Harga Jual Produk Terhadap Hubungan Biaya-Volume-Laba
Suatu perubahan dalam harga jual
produk kemungkinan akan berdampak tehadap kuantitas produk yang dijual, laba,
dan impas.
Contoh :
laporan rugi-laba
dengan adanya perubahan harga jual produk dan volume produk yang dijual.
|
Harga jual
turun 10% dan volume produk yang dijual naik 30%
|
Harga jual Rp
172.000 per satuan dan volume produk yg dijual 1.000 kg
|
Harga jual naik
25% dan volume produk yang dijual turun 30%
|
Pendapatan
penjualan biaya variabel
|
Rp
201.240.000
55.900.000
|
Rp
172.000.000
43.000.000
|
Rp
150.500.000
30.100.000
|
Laba
kontribusi biaya tetap
|
Rp
145.340.000
77.400.000
|
Rp 129.000.000
77.400.000
|
Rp
120.400.000
77.400.000
|
Laba bersih
|
Rp 67.940.000
|
Rp 51.600.000
|
Rp 43.000.000
|
Impas
|
Rp
107.500.000
|
Rp
103.200.000
|
Rp 96.750.000
|
3) Dampak
perubahan komposisi produk yang dijual terhadap hubungan biaya-volume-laba
Perusahaan yang menjual lebih dari satu macam produk
sering kali mempunyai kesempatan untuk menaikkan laba kontribusi dan menurunkan
titik impas dengan cara memperbaiki komposisi produk yang dijual, yaitu
menaikkan proporsi penjualan produk yang menghasilkan contribution margin ratio yang tertinggi.
4) Analisis
Hubungan Biaya –Volume-Laba Untuk Tiap
Produk Dalam Perusahaan Yang Memproduksi Dan Menjual Lebih Dari Satu Macam
Produk
Contoh
Misalkan
PT.Sari menjaultiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut : Produk A =
10.000 unit, produk B = 15.000 unit, produk C = 10.000 unit. Perhitungan laba
kontribusi disajikan pada gambar berikut Ini:
Produk
|
Pendapatan Penjualan
|
Biaya Variabel
|
Laba Kontribosi
|
Persentase Biaya Variabel dari Hasil
Penjualan
|
Profit
volume ratio (P/V Ratio)
|
A
B
C
|
Rp250.000
450.000
500.000
|
Rp150.000
180.000
150.000
|
Rp100.000
270.000
650.000
|
60%
40%
30%
|
40%
60%
70%
|
|
Rp1.200.000
|
Rp480.000
|
Rp720.000
|
40%
|
60%
|
|
|
Biaya Tetap
|
Rp500.000
|
|
|
|
|
Laba Bersih
|
Rp220.000
|
|
|
Impas
=
Rp833.333
Tidak ada komentar:
Posting Komentar