Sabtu, 13 Oktober 2012

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK.


PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK.

Analisis hubungan biaya – volume – laba merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
A.              PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Dalam penyusunan anggaran manajemen memerlukan informasi akuntansi untuk mempertimbangkan berbagai dampak terhadap laba akibat dipilihnya suatu alternatif. Laba perusahaan dalam jangka pendek dipengaruhi oleh pendapatan (hasil kali volume penjualan dengan harga jual) biaya variabel, dan biaya tetap. Manajemen memerlukan informasi akuntansi differensial yang terdiri dari informasi pendapatan differensial dan informasi biaya differensial, untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual, dan biaya terhadap laba perusahaan. Analisis  impas dan biaya – volume – laba merupakan teknik yang menggunakan informasi akuntansi differensial untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Dengan mengetahui dampak terhadap laba, setiap alternatif tindakan yang dipertimbangkan manajemen akan memiliki dasar yang kuat untuk memilih, sehingga ia akan mampu mengambil keputusan secara ekonomis rasional.
Contoh:
Dalam proses penyusunan anggaran, departemen anggaran PT. X menyajikan laporan rugi – laba yang diproyeksikan untuk tahun anggaran yang akan datang seperti berikut:


PT. X
Laporan Rugi – Laba yang di Proyeksikan
Tahun Anggaran 19X2

Jumlah                                     %
Pendapatan Penjualan                  Rp. 500.000.000                               100
Biaya Variabel                                  Rp. 300.000.000                                 60
Laba Kontribusi                                Rp. 200.000.000                                 40
Biaya Tetap                                       Rp. 150.000.000                                 30
Laba Bersih                                      Rp.   50.000.000                                 10


Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, Laporan Rugi – Laba yang disusun dengan metode variabel costing sangat membantu manajemen puncak karena pengambilan keputusan jangka pendek umumnya menyangkut atau mengakibatkan penambahan atau penggurangan volume kegiatan, maka informasi biaya yang dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan akan sangat membantu. Dari laporan diatas manajemen dapat memperoleh berbagai parameter (gambaran sesuatu dalam bentuk angka) berikut ini:
a)    Impas. Impas dapat dihitung sebesar Rp.375.000.000 (Rp.150.000.000 : 40%). Angka itu menunjukan bahwa dari target pendapatan penjualan yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 dalam tahun anggaran tersebut, minimum perusahaan harus dapat menjual Rp.375.000.000, agar perusahaan tidak rugi. Dalam proses perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi impas untuk mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan. Suatu usulan kegiatan yang mengakibatkan turunnya impas akan menarik manajemen jika dibandingkan dengan yang mengakibatkan kenaikan impas, karena semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan mendapatkan laba.

b)    Margin of Safety. Manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran laba yang diproyeksikan dalam tahun anggaran yang akan datang. Dari contoh diatas karena impas dihitung sebesar Rp. 375.000.000 maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 (Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000) atau 25 % (Rp. 125.000.000 : Rp. 500.000.000). Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba begitu juga sebaliknya.


c)    Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point). Manajemen memerlukan informasi ini, jika misalnya diketahui bahwa dari biaya tetap perusahaan sebesar Rp. 150.000.000, Rp. 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka dalam tahun anggaran 19X2, titik penutupan usaha adalah sebesar Rp. 250.000.000 (Rp. 100.000.000 : 40%), berarti dibawah  pendapatan penjualan Rp. 250.000.000, usaha perusahaan tersebut secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan dibawah jumlah tersebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.

d)    Degree of Operating Leverage. Manajemen memerlukan informasi ini yang dihitung dari data diatas adalah 4 kali (Rp. 200.000.000 : Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4 x 1%) kenaikan laba bersih. Dengan demikian usulan kegiatan diharapkan akan menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5%, maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan diharapkan akan mengalami kenaikan 20% (4 x 5%).
Berikut ini proses perencanaan laba jangka pendek dan informasi akuntansi differensial yang diperlukan untuk analisis biaya – volume – laba.


Usulan Kegiatan
Perubahan: Biaya
Perubahan: Harga Jual Volume Penjualan
Biaya Differensial
Laba Differensial
Pendapatan Differensial
 













e)    Laba Kontribusi per Unit. Laba kontribusi merupakan kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel. Informasi ini memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba. Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba. Jika informasi laba kontribusi per unit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka, manajemen akan memperoleh informasi berbagai macam untuk menghasilkan laba. Ini juga memberikan landasan dalam pemilihan produk yang mampu menghasilkan laba tertinggi dalam memanfaatkan sumber daya yang langka.


B.              REKAYASA PARAMETER UNTUK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK

Kebutuhan manajemen akan parameter yang digunakan untuk mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam perencanaan laba jangka pendek yaitu:
a)  Impas
Impas (break – even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba.
Ada dua cara untuk menentukan impas: pendekatan teknik persamaan dan pendekatan grafis. Penentuan dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba sedangkan penentuan impas dengan pendekatan grafis dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan penjualan dan garis biaya dalam suatu grafik yang disebut grafik impas.

Ø  Perhitungan Impas dengan Pendekatan Teknik Persamaan

Laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya atau dinyatakan dalam persamaan berikut:

y = cx – bx – a

Keterangan:
     y = laba
     c = harga jual per satuan
     x = jumlah produk yang dijual
     b = biaya variabel per satuan
     a = biaya tetap




Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk Laporan Rugi – Laba metode variabel costing sebagai berikut:

Pendapatan penjualan                        cx
Biaya variabel                                        bx          -
Laba kontribusi                                     cx – bx

Biaya tetap                                             a            -
Laba bersih                                            y

Rumus perhitungan Impas dalam satuan produk yang dijual adalah:

Impas (satuan produk yang dijual) =

Impas dalam rupiah penjualan dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus impas tersebut dengan c, yaitu harga jual per satuan produk.

cx =   ca =  =  =  =

Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah:
Impas (dalam rupiah penjualan) =

Catatan: 1 – b/c disebut marginal income ratio atau contribution margin ratio yaitu hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.




Ø  Perhitungan Impas dengan Pendekatan Grafis
Perhitungan impas dapat dilakukan dengan menentukan titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Untuk dapat menentukan titik impas harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya dan pendapatan. Jika harga jual produk per satuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar x, biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b per satuan x untuk volume penjualan sebesar x maka:

Pendapatan penjualan            = cx
Biaya variabel                            = bx
Biaya tetap                                 = a

Ø  Grafik Impas dan Struktur Biaya
Bentuk grafik impas dapat menunjukan sifat kegiatan perusahaan dan kegiatan apa yang hendaknya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam perusahaan yang biaya tetapnya relatif besar, impas biasanya akan tercapai pada titik volume penjualan yang relatif tinggi. Bentuk grafik impas biasanya sebagai berikut:
Volume Penjualan
Pendapatan & biaya
 




Titik Impas








Usaha pokok manajemen perusahaan yang biaya tetapnya tinggi adalah memaksimumkan pendapatan untuk memaksimumkan pendapatan dapat dilakukan dengan cara memberi potongan tarif pada masa liburan. Selama tarif tersebut masih menghasilkan laba kontribusi, maka tindakan tersebut masih menguntungkan karena akan menambah kontribusi untuk menutup biaya tetap. Dalam perusahaan yang biayanya relatif rendah impas biasanya akan tercapai pada tingkat volume penjualan yang relatif rendah juga. Usaha pokok manajemen perusahaan yang biayanya relatif rendah adalah memperbaiki hubungan antara biaya dan harga jual agar titik impas dapat diturunkan, sehingga daerah laba menjadi luas.


Ø  Impas dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non – unit – related overhead costs dengan proporsi yang berbeda – beda. Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju digambarkan sebagai berikut:

Facility – Sustaining Costs
Non – unit – related Costs
Product – Sustaining Costs
Batc – related Costs
 











Unit – related Costs
Unit – level Activity Costs
 
Beda antara perhitungan impas konvensional dan activity – based costing terletak pada unsur biaya variabel yang digunakan dalam perhitungan impas. Perhitungan impas tradisional menentukan biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan unit – level activities saja. Proporsi non – unit – related activities (seperti batch – related activities, product – sustaining activities, dan facility sustaining activities) menjadi signifikan dalam lingkungan manufaktur maju dan setiap produk mengkonsumsi berbagai tipe aktifitas dengan proporsi yang berbeda – beda. Dalam perhitungan impas konvensional total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang dinyatakan sebagai berikut:
           
            k = a + bx
Keterangan:
k   =   total biaya
a   =   total biaya tetap
b   =   biaya fariabel per unit
x   =   unit-level activities

Dalam perhitungan impas berdasarkan activity-based costing,total biaya terdiri dari biaya tetap dan  berbagai tipe biaya variabel,yng di nyatakan dalam persamaan berikut:

k   =   a + b1 x1 + b2 x2 + b3x3

Keterangan:
k   =   total biaya
a   =   facility sustaining activity costs
b1 =   biaya fariabel per unit unit-level activity
b2 =   biaya fariabel per satuan batch- related activity
b3 =   biaya fariabel per satuan product – sustaining activity
x1 =   unit-level activities
x2 =   batch-related activities
x3 =   product- sustaining activities


Ø  Impas dengan Pendekatan Activity Based Costing
Biaya perlu di rinci lebih lanjut menurut prilaku biaya dalam hubungannya dengan berbagai tipe aktifitas.

Impas=

Biaya tetap yang di pakai sebagai pembilang dalam formula perhitungan impas dengan pendekatan activity – based costing di rinci dalam tiga kelompok biaya: facility sustining activity costs, produk-sustaining activity costs, dan batch-related activity costs. Pemecahan biaya tetap kedalam tiga golongan tersebut menjadikan formula perhitungan impas lebih memiliki dimensi stratejik dalam pengambilan keputusan di bandingkan dengan formula konfensional.

Ø  Grafik Laba Satuan (Unit Profit Graph)
Untuk mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap biaya persatuan,maka di susunlan grafik laba per satuan. Dalam grafik di gambarkan pendapatan ,biaya variabel dan total biaya per satuan produk.
Contoh:
(Angka Rupiah dalam Ribuan)
Volume penjualan (kg)
1.000
800
600
400
200
Biaya Variabel/kg
Rp.  43,00
Rp.  43,00
Rp.  43,00
Rp.  43,00
Rp.  43,00
Biaya Tetap/kg
Rp.  77,40
Rp.  96,75
Rp.129,00
Rp.193,50
Rp.387,00
Total Biaya per kg
Rp.120,40
Rp.139,75
Rp.172,66
Rp.236,50
Rp.430,00
Harga Jual per kg
Rp.172,00
Rp.172,00
Rp.172,00
Rp.172,00
Rp.172,00
Laba (Rugi) per kg
Rp.  51,60
Rp.  32,25
Rp.    0,00
(Rp.64,50)
Rp.258,00

b)    Margin of Safety
Angka impas di hubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang di anggarkan akan di peroleh  informasi berapa volume penjualan yang di anggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderta rugi. Selisi antara volume penjualan yang di anggarkan dengan folume penjualan impas merupakan angka margin of safety.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laa apabila di hubungkan dengan margin income rasio(profit-volume rasio):
Laba                = profit-folume ratio   x   margin of safety ratio

Laba                =

Margin of safety ratio (M/S) dapat di hitung dangan rumus :

 M/S rasio =















Harga jual & biaya per satuan (Ribuan Rupiah)


440
Laba Kontribusi
Impas
Biaya per satuan Rp.430.000 (biaya tetap per satuan Rp.387.000)



360
Biaya per satuan Rp.236.500 (biaya tetap per satuan Rp.193.500)

280
Garis Harga jual per satuan


200





120
Biaya per satuan Rp.139.750 (biaya tetap per satuan Rp.96.750)



Biaya per satuan Rp.120.400 (biaya tetap per satuan Rp.77.400)
40



1000
800
400
200
600
Volume Penjualan





c)    Titik Penutupan Usaha (Shut-Down Point)

Dalam pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari kantong dengan biaya terbenam yaitu pengeluaran yang di lakukan pada masa lalu, yang manfaatnya masih di nikmati sampai sekarang. Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortisasi dan deplesi.

Angka Rupiah dalam Ribuan
Biaya tetap
Volume penjualan (Kg)
Pendapatan penjualan
Biaya variabel
Keluar dari kantong tunai
Terbenam (sunk)
Laba (Rugi)
Akuntansi
Tunai (2)-(3+4) atau(5+6)
(1)xRp172
(1)x Rp43

(2)-(3+4+5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.000
Rp172.000
Rp43.000
Rp64.500
Rp.12.900
Rp.51.600
Rp.64.500
600
103.200
25.800
64.500
12.900
0
12.900
500
86.000
21.500
64.500
12.900
(12.900)
0
200
34.400
8.600
64.500
12.900
(51.600)
(38.700)

d)    Degree of Operating Laverage
Disamping impas, margin of safety, dan shut down point, laporan laba rugi yang disusun berdasarkan metode variable costing memiliki satu parameter lagi yang disebut degree of operating laverage yang memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.

Degree of operating laverage dihitung dengan rumus berikut ini:

Degree of operating laverage
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapat diketahui dengan cepat dampak perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan angka degree of operating laverage.

Ø  Anggapan yang Mendasari Analisis Impas

Ramalan impas ini hanya akan tepat apabila variabel-variabel yang dipakai untuk menghitung impas tidak berubah karena rumus perhitungan impas adalah:
                                   
Suatu perubahan dalam biaya variable akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin ratio dan impas.
1.     Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin ratio dan impas.
2.     Angka laba kontribusi hanya dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variable dan harga jual.
3.     Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tetapi tidak mempengaruhi laba kontribusi.
4.     Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variable pada arah yang sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.

Secara rinci anggapan (asumsi) yang mendasari analisis impas adalah:
1.     Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
2.     Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
3.     Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
4.     Harga factor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
5.     Efisiensi produksi dianggap tidak berubah-ubah.
6.     Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7.     Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.
C.           ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

            Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Dan analisis tersebut juga dapat diketahui seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis impas menyajikan informasi untuk perencanaan volume penjualan. Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume laba karena untuk mengetahui impas maupun margin margi of safety perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.

            Untuk memudahkan analisis dampak perubahan biaya, volume, dan harga jual terhadap laba, dapat dibuat grafik laba dan volume. Pembuatan grafik ini dilakukan sebagai berikut:
1.     Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis penjualan yang dibuat mendatar.
2.     Kemudian ditarik garis rugi-laba yang menghubungkan titik-titik rugi atau laba pada berbagai volume penjualan.
3.     Titik pertemuan garis rugi-laba dengan garis penjualan menunjukan titik garis.

1)    Manfaat Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba bagi Manajemen

            Hubungan antara biaya, volume, dan laba, dipengaruhi oleh lima faktor atau suatu kombinasi faktor-faktor berikut ini:
1.  Harga jual persatuan.
2.  Volume penjualan.
3.  Komposisi produk yang dijual.
4.  Biaya variable persatuan’
5.  Total biaya.
                                                                                                             
2)    Dampak Perubahan Harga Jual Produk Terhadap Hubungan Biaya-Volume-Laba
            Suatu perubahan dalam harga jual produk kemungkinan akan berdampak tehadap kuantitas produk yang dijual, laba, dan impas.

Contoh :
laporan rugi-laba dengan adanya perubahan harga jual produk dan volume produk yang dijual.

Harga jual turun 10% dan volume produk yang dijual naik 30%
Harga jual Rp 172.000 per satuan dan volume produk yg dijual 1.000 kg
Harga jual naik 25% dan volume produk yang dijual turun 30%
Pendapatan penjualan biaya variabel
Rp 201.240.000
        55.900.000
Rp 172.000.000
        43.000.000
Rp 150.500.000
        30.100.000
Laba kontribusi biaya tetap
Rp 145.340.000
        77.400.000
Rp 129.000.000
        77.400.000
Rp 120.400.000
        77.400.000
Laba bersih
Rp   67.940.000
Rp   51.600.000
Rp   43.000.000
Impas
Rp 107.500.000
Rp 103.200.000
Rp   96.750.000

3)    Dampak perubahan komposisi produk yang dijual terhadap hubungan biaya-volume-laba
Perusahaan yang menjual lebih dari satu macam produk sering kali mempunyai kesempatan untuk menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi produk yang dijual, yaitu menaikkan proporsi penjualan produk yang menghasilkan contribution margin ratio yang tertinggi.

4)    Analisis Hubungan Biaya –Volume-Laba Untuk  Tiap Produk Dalam Perusahaan Yang Memproduksi Dan Menjual Lebih Dari Satu Macam Produk
Contoh
Misalkan PT.Sari menjaultiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut : Produk A = 10.000 unit, produk B = 15.000 unit, produk C = 10.000 unit. Perhitungan laba kontribusi disajikan pada gambar berikut Ini:
Produk
Pendapatan Penjualan
Biaya Variabel
Laba Kontribosi
Persentase Biaya Variabel dari Hasil Penjualan
Profit volume ratio (P/V Ratio)
A
B
C
Rp250.000
      450.000
      500.000
Rp150.000
      180.000
      150.000
Rp100.000
     270.000
     650.000
60%
40%
30%
40%
60%
70%

Rp1.200.000
Rp480.000
Rp720.000
40%
60%


Biaya Tetap
Rp500.000




Laba Bersih
Rp220.000



Impas   = Rp833.333

Tidak ada komentar: