Makalah
Manajemen Strategi
“ Pengendalian Stratejik ”
Oleh
:
Kelompok 13
SESSYI
FEBRIYANTI .S. B1C1 09
139
MARIA
ANASTASIA .D. B1C1 09 147
RICKY
AGUS WIRADNYA B1C1 09 165
DESI
AFNI NUGRATI B1C1 09
167
HESTY
F. LEROUX B1C1 09
181
Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Haluoleo
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Sesuai dengan keberadaan penulis maka apa
yang tertuang dalam makalah ini merupakan perwujudan dari upaya optimal yang
penulis lakukan.
Pada saat penulisan ini, berbagai
hambatan dan kendala yang penulis temui, namun karena kehendak Tuhan dan
bantuan dari berbagai pihak, hingga tulisan ini dapat terselesaikan seperti
yang diharapkan.
Akhirnya penulis berharap bahwa
makalah yang masih banyak kekurangan ini mendapat kritik dan saran yang
sifatnya melengkapi untuk makalah ini, dan semoga makalah ini bermanfaat
adanya.
Kendari,
19 April 2012
Kelompok
13
DAFTAR ISI
Kata Pengatar......................................................................................................... ....... 2
Daftar Isi....................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Tradisional.................................................................................. 6
2.2 Pendekatan Kontemporer............................................................................... 6
2.3 Pengawasan, Perilaku :
Menyeimbangkan Budaya,
Penghargaan, dan Batas
Organisasi ............................................................ 8
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................ 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebuah
organisasi harus dikendaliakan oleh orang-orang yang bekerja di dalamnya untuk
memastikan bahwa tujuan strategisnya dapat tercapai. Dalam proses
pengendaliannya akan memaksa manajemen pada seluruh tingkatan untuk memastikan
dan mengontrol bahwa orang-orang yang bekerja di dalamnya mengimplemetasikan
strategi yang dimaksdu dengan efektif dan efisien. Proses pengendalian mengukur
kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari
perencanaa tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan perbaikan. Sehubungan
dengan pengendalian tersebut, dalam makalah ini dibahas mengenai pengendalian
stratejik, dimana dalam pengendalian stratejik terdapat dua pendekatan yaitu,
pendekatan tradisional dan pendekatan kontemporer. Dalam pengendalian stratejik
terdapat implementasi stratejik yang secara efektif membutuhkan tiga kunci
pengendalian stratejik yaitu, budaya, penghargaan, dan batasan. Pendekatan
tradisional didasarkan pada pendekatan umpan balik, dan memiliki arti suatu
strategi, sasaran, dan tujuan organisasi hanya sedikit berubah atau bahkan
tidak ada perubahan sama sekali sampai batas waktu yang ditentukan. Pendekatan
kontemporer menekankan pada pentingnya evaluasi lingkungan (baik internal
maupun eksternal) yang berkelanjutan untuk melihat apabila terdapat tren atau
kejadian penting yang memberikan sinyal terhadap pentingnya melakukan
modifikasi strategi, sasaran, dan tujuan organisasi. Terkait dengan implementasi
sistem pengendalian stratejik, terdapat dua hal penting mengapa banyak yang
menganjurkan untuk menekankan pada budaya organisasi dan penghargaa : Pertama,
lingkungan semakin kompleks dan tidak dapat ditebak sehingga menghendaki
perusahaan untuk bisa selalu fleksibel dan merespon dengan cepat setiap
tantangan yang muncul. Budaya dan penghargaan sangat dibutuhkan untuk bisa
menyatukan tujuan individu dengan tujuan organisasi. Kedua, kontrak implisit
jangka panjang antara organisasi dan para karyawan kuncinya telah berkurang.
Para manajer muda cenderung melihat dirinya sebagai agen yang bebas dan
memandang karier sebagai sejumlah tantangan, akibatnya sistem pengendalian
dengan menggunakan penghargaan dan budaya organisasi sangat penting untuk
membangun loyalitas organisasi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Tradisional ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Kontemporer ?
3. Apa yang dimaksud dengan Budaya, Penghargaan, dan Batasan
dalam Implementasi Strategi ?
1.3
Tujuan
Untuk
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan tradisional, dan
pendekatan kontemporer dalam pengendalian stratejik, serta untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan budaya, penghargaan, dan batasan dalam implementasi
pengendalian stratejik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
Tradisional
Pedekatan
tradisional adalah strategi, sasaran, dan tujuan organisasi yang hanya sedikit
berubah atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali sampai batas waktu yang
ditentukan, yang biasanya empat bulan atau satu bulan penuh. Pendekatan
tradisional didasarkan pada pendekatan umpan balik.
Pendekatan
tradisional dalam pengendalian stratejik mengikuti tahapan yang berurutan
sebagai berikut :
1. Strategi diformulasikan dan manajemen puncak menetapkan
sasaran,
2. Strategi diimplementasikan, dan
3. Kinerja diukur berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, seperti gambar berikut,
Implementasi
Strategi
|
Pengendalian
Strategi
|
Formulasi Strategi
|
Sistem pengendalian tradisional seperti itu
dinamakan pembelajaran single-loop oleh
Chris Argyris dari Harvard University. Intinya, dengan sistem ini, sistem
pengendalian hanya membandingkan kinerja aktual dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pendekatan ini akan tepat digunakan apabila lingkungan
bisnis berada dalam keadaan yang stabil dan relatif sederhana.
Pendekatan
tradisional sebagai pengendalian stratejik mempunyai banyak kekurangan karena,
strategi yang tidak diubah dapat menghambat perusahaan untuk bisa bersaing
dalam lingkungan yang sangat kompetitif, karena untuk bisa bersaing perusahaan
perlu mengubah dan menyesuaikan strateginya terus-menerus, selain itu pemikiran
bahwa perusahaan yang baik bisa terus maju dengan perencanaan yang rinci dan
akurat sering dipertanyakan oleh banyak kalangan, perusahaan tidak akan bisa
terus maju hanya dengan mengandalkan perencanaan awal yang dibuat tanpa
melakukan perubahan, perencanaan bisa menjadi tidak tepat seiring perusahaan
berjalan karena dalam proses selalu terdapat perubahan lingkungan.
2.2 Pendekatan
Kontemporer
Pendekatan
kontemporer menekankan pada pentingnya evaluasi lingkungan (baik secara
internal maupun eksternal) yang berkelanjutan untuk melihat apabila terdapat
tren dan kejadian penting yang memberikan sinyal terhadap pentingnya malakukan
modifikasi strategi, sasaran, dan tujuan organisasi. Dengan semakin tidak pasti
dan kompleksnya lingkungan persaingan, maka kebutuhan akan sistem kontemporer
semakin meningkat.
Pendekatan
kontemporer dinamakan sebagai double-loop,
dimana asumsi, dasar pemikiran, sasaran dan strategi organisasi dievaluasi,
diuji dan dikaji ulang secara terus-menerus. Dalam pendekatan ini, adaptasi dan
antisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian
integral dari pengendalian stratejik. Hubungan antara formulasi strategi,
implementasi, dan pengendalian memiliki interaksi yang tinggi, seperti pada
gambar,
Pengendalian
Informasi
|
Pengendalian
Perilaku
|
Pengendalian
Strategi
|
Implementasi
Strategi
|
Formulasi
Strategi
|
Dalam gambar diperlihatkan dua tipe berbeda
dari pengendalian stratejik, yaitu pengendalian informasi (informational control) dan pengendalian perilaku (behavioral control). Pengendalian
informasi terfokus pada apakah organisasi melakukan hal-hal yang benar (doing the right things), dan
pengendalian ini berhubungan dengan lingkungan internal dan juga konteks
stratejik eksternal, pengendalian informasi menekankan pada asumsi dan landasan
pemikiran yang memberikan dasar bagi strategi organisasi. Sedangkan
pengendalian perilaku berfokus pada apakah organisasi melakukan segala
sesuatunya dengan benar (doing things
right) dalam implementasi strategi.
Sistem
pengendalian kontemporer harus mempunyai empat karakteristik agar efektif
(Simons,1995) :
1. Sistem ini harus terfokus pada informasi yang terus
berubah yang dapat diidentifikasi oleh manajer puncak sehingga mempunyai arti
stratejik yang penting.
2. Informasi harus cukup penting untuk dapat menarik
perhatian manajer operasi pada semua tingkatan organisasi secara rutin dan
terus-menerus.
3. Data dan informasi yang dihasilkan oleh sistem
pengendalian paling baik bila diinterpretasikan dan didiskusikan pada pertemuan
tatap muka dengan atasan, bawahan, dan rekan bisnis.
4. Sistem pengendalian kontemporer adalah katalis kunci bagi
perdebatan tentang data, asumsi, dan rencana aksi yang dilakukan terus-menerus.
Perbedaan yang penting pada kedua pendekatan
di atas dalam sistem pengendalian stratejik adalah, dalam pendekatan
tradisional, pemahaman asumsi dasar adalah langkah awal dalam proses formulasi
strategi, sedangkan dalam pendekatan kontemporer, pengendalian informasi
merupakan bagian dan proses pembelajaran organisasi yang terus-menerus
memperbaharui dan mempertanyakan asumsi yang melandasi strategi organisasi.
2.3 Pengawasan,
Perilaku : Menyeimbangkan Budaya, Penghargaan, dan Batas Organisasi
Pengendalian
perilaku berfokus pada implementasi bagaimana melakukan sesuatu denga benar (doing things right). Implementasi
strategi yang efektif membutuhkan tiga kunci pengendalian : budaya (culture), penghargaan (rewards), dan batas (boundaries) organisasi. Pendekatan
tradisional dalm pengendalian stratejik menekankan pada batas dan kendala
organisasi (mis. aturan dan kebijakan), sedangkan pendekatan kontemporer
mengandalkan keseimbangan antara tiga kunci pengendalian, seperti disajikan
dalam gambar,
Penghargaan
|
Budaya
|
Batas
/ Kendala
|
2.3.1 Membangun
Budaya yang Kuat dan Efektif
Budaya
organisasi adalah suatu sistem nilai (apa yang dinilai penting) dan kepercayaan
(bagaimana sesuatu berjalan) yang membentuk karyawan, struktur organisasi dan
sistem pengendalian perusahaan untuk memproduksi norma-norma keyakinan (cara
melakukan segala sesuatu dalam organisasi) (Dess & Lumpkin, 2003:300).
Ouchi (1981) dengan teori Z menguraikan betapa pentingnya budaya perusahaan
dalam mempengaruhi apa yang terjadi dalam organisasi dan bagaimana untuk meraih
yang terbaik.
Peran Budaya
Budaya mengatur suatu batsan yang implisit,
yaitu aturan-aturan tidak tertulis dari perilaku yang diperbolehkan, dalam hal
berpakaian, masalah etika, dan bagaimana organisasi menjalankan bisnisnya.
Budaya korporat mencakup dua lapisan (Kasali, 2005: 286-287). Pertama, visible artifacts, yang dapat dilihat
dengan kasatmata, yaitu cara orang berperilaku, berbicara, berdandan, simbol
(logo perusahaan, lambang merk, slogan, ritual, figur pahlawan), seremoni,
bahasa, dan cerita yang sering dibicarakan oleh anggota. Kedua, budaya yang
mewakili nilai-nilai yang lebih dalam dari para anggotanya dan tidak tampak
kasatmata, yaitu nilai dasar, filosofi, keyakinan, asumsi, kepercayaan, sejarah
korporat, dan proses berpikir dalam organisasi.
Mempertahankan Budaya yang Efektif
Setiap organisasi mempunyai buday
masing-masing, baik budaya yang kuat dan sehat sekalipun harus terus
dikembangkan dan dilanjutkan kepada setiap individu di organisasi, sehingga
budaya tersebut dapat terus ada. Budaya organisasi lebih bersifat organis
daripada mekanis. Budaya tidak dapat “dibangun” atau “dirakit”, tetapi budaya
harus dibudidayakan, diusahakan dan “dikembangbiakkan”.
Peran Kepemimpinan Stratejik
Dalam keadaan apapunm baik atau buruk,
seorang manajer, terutama untuk seorang manajer puncak, akan selalu ditempatkan
sebagai seorang role model.
Konsistensi dalam perkataan dan perbuatan bisa menjadi sebuah pendorong yang
baik dalam pembentukan budaya dan komitmen yang tinggi.
2.3.2 Mengelola
Hubungan Strategis-Budaya
Seorang
manajer tahu bahwa komponen kunci dari perusahaan, struktur, staf, sistem, SDM,
gaya, mempengaruhi cara menyelesaikan tugas kunci manajerial dan pembentukan
hubungan manajemen yang sangat penting. Terdapat empat hal penting yang harus
ditekankan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan strategi-budaya :
1. Perubahan kunci harus dapat terkait dengan misi
perusahaan.
2. Fokus harus diletakan pada penggunaan personalia yang
sudah ada untuk mengisi posisi yang mungkin diciptakan untuk mengimplemtasikan
strategi.
3. Sikap hati-hati perlu diambil bila penyesuaian sistem
penghargaan memang diperlukan.
4. Perhatian utama juga harus ditekankan pada perubahan yang
paling tidak sesuai dengan budaya sekarang, sehingga norma yang ada sekarang
tidak diganggu.
Berkaitan dengan Misi
Perusahaan pada kuadran 1 menghadapi situasi
yang membutuhkan perubahan struktur, sistem, tugas manajerial, prosedur
operasi, atau aspek fundamental perusahaan dalam implementasi strateginya.
Perusahaan pada situasi ini mempunyai tradisi kinerja yang efektif, jeli dalam
mengambil peluang besar, atau mencoba untuk mengarahkan operasi produk maupun
pasar utama sehingga konsisten dengan kompetensi inti yang dimiliki. Perusahaan
seperti ini berada dalam posisi yang menjanjikan , mereka bisa menempuh suatu
strategi yang membutuhkan perubahan besar, namun masih mendapat manfaat dari
penguatan budaya organisasi.
Memaksimalkan Sinergi
Perusahaan pada kuadran 2 memiliki beberapa
perubahan organisasional untuk mengimplementasikan strategi barunya dan semua
perubahan tersebut berpotensi untuk menjadi kompatibel denga budayanya saat
ini. Perusahaan dalam situasi ini harus menekankan pada dua tema besar : 1)
mengambil keuntungan dari situasi untuk memperkuat dan menyatukan budaya saat
ini, dan 2) menggunakan waktu yang relatif stabil untuk menghilangkan
penghalang sehingga tercipta suatu budaya yang diinginkan.
Manajemen Budaya
Perusahaan pada kuadran 3 harus membuat perubahan
organisasional yang besar untuk bisa mengimplementasikan strategi baru, tetapi
perubahan berpotensi menjadi tidak konsisten dengan budaya organisasi
perusahaan saat ini. Perusahaan bisa mengelola budaya organisasi dengan
beberapa cara : menciptakan perusahaan atau divisi yang terpisah : membentuk
gugus tugas, tim, atau koordinator program : melakukan subkontrak sebagian
proses produksi kepada perusahaan lain : membawa orang luar : atau mejual
keluar.
Memformulasikan Ulang Strategi atau Budaya
Perusahaan pada kuadran 4 menghadapi
tantangan sulit dalam mengelola hubungan strategi-budaya. Untuk
mengimplementasikan strategi barunya, perusahaan semacam itu harus membuat
perubahan organisasional yang tidak sesuai dengan nilai dan norma-norma saat
ini. Perusahaan dalam situasi ini menghadapi tantangan perubahan terhadap
budaya yang kompleks, mahal dan membutuhkan waktu jangka panjang.
2.3.3 Memotivasi
dengan Penghargaan dan Insentif
Sistem
penghargaan insentif merupakan perwujudan dari niat kuat untuk bisa
mempengaruhi budaya organisasi, berfokus pada pekerjaan dengan prioritas
tinggi, dan memotivasi individu dan kinerja individu ke tingkat yang lebih
tinggi. Karena budaya banyak berurusan dengan bagaimana mempengaruhi keyakinan,
perilaku, dan sikap orang-orang dalam organisasi, sistem penghargaan, dengan
memberikan spesifikasi siapa yang mendapatkan penghargaan dan mengapa, adalah
suatu motivator dan kontrol mekanisme yang efektif.
Memotivasi Bawahan
Anggota dalam organisasi bertindak secara
rasional, masing-masing termotivasi oleh apa yang menjadi tujuannya
masing-masing. Namun, hasil penjumlahan perilaku dari masing-masing individu
dalam organisasi tidak selalu memberikan hasil yang paling baik bagi
organisasi. Dengan kata lain, rasionalitas masing-masing individu bukan jaminan
terbentuknya rasionalitas organisasi.
Masalah
muncul ketika budaya yang bertentangan berkembang dan menyebarkan nilai yang
berbeda dengan pola budaya yang dominan. Hal ini bisa menyebabkan kohesivitas
budaya menjadi berkurang. Informasi yang penting menumpuk dan tidak disebarkan,
akibatnya individu bekerja dengan tujuan yang bertentangan dan mereka mungkin
akan kehilangan arah dalam mewujudkan tujuan dan sasaran. Masalah-masalah
seperti itu sangat biasa terjadi dalam organisasi, mis. masalah antar divisi
pemasaran dan operasi.
Menciptakan Program Penghargaan dan Insentif
yang Efektif
Agar bisa efektif, maka sistem penghargaan
dan insentif harus bisa menekankan pada nilai dasar dan mempertahankan pada
keterpaduan dan komitmen pada tujuan dan sasaran yang tidak berbeda dengan
keseluruhan misi dan tujuan organisasi. Penghargaan dan insentif yang efektif
mempunyai beberapa karakteristik :
Tujuannya jelas,
mudah dimengerti dan bisa diterima secara luas.
Penghargaan
berhubungan langsung dengan kinerja dan perilaku yang diinginkan.
Pengukuran kinerja
jelas dan dapat dilihat.
Umpan balik (feedback) cepat, jelas, dan tidak
meragukan.
Sistem kompensasi
adil dan pantas.
Struktur fleksibel;
bisa beradaptasi dengan perubahan.
2.3.4 Membuat
Batas dan Hambatan Organisasi
Batas
dan hambatan organisasi apabila digunakan dengan baik bisa memberikan banyak
tujuan yang berguna bagi organisasi, termasuk :
Berfokus pada usaha
individu dan prioritas organisasi
Memberikan tujuan
jangka pendek dan rencana kegiatan yang akan diusahakan
Meningkatkan
efesiensi dan efektivitas
Meminimalkan
perilaku yang tidak diperbolehkan dan tidak etis.
Memfokuskan Usaha pada Prioritas Stratejik
Hambatan dan batas organisasi memainkan
peranan penting dalam memfokuskan prioritas stratejik perusahaan. Mungkin,
batasan stratejik yang paling dikenal dalam industri di AS adalah batsan
stratejik Jack Welch (mantan CEO General Electric). Jack Welch menginginkan
semua bisnisnya yang terdapat pada portofolio perusahaan bisa menjadi nomor
satu atau dua dalam industrinya masing-masing.
Menyediakan Tujuan Jangka Pendek dan Rencana
Aksi
Tujuan jangka pendek dan rencana aksi
merupakan perwujudan batasan yang membantu dalam mengalokasikan sumberdaya pada
tataran yang optimal dan menyalurkan usaha karyawan dalam setiap tingkatan
dalam organisasi. Agar bisa efektif, tujuan jangka pendek mempunyai beberapa
atribut. Tujuan jangka pendek harus :
Spesifik dan bisa
diukur
Mempunyai batasan
waktu yang spesifik dalam usaha pencapaian
Dapat dicapai, dan
cukup menantang untuk bisa memotivasi manajer menyelasaikannya.
Bersamaan dengan tujuan jangka pendek,
rencana aksi juga penting bagi implementasi dari strategi yang dipilih. Apabila
aksi tidak spesifik, maka manajer mungkin tidak akan mengerti sumber daya apa
saja yang perlu diimplementasikan dan juga tidak akan mendapatkan kerangka
waktu yang jelas dalam rangka menyelesaikan tugas. Hal ini sangat penting untuk
menjadwalkan kegiatan yang harus segera diimplementasikan.
Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas
Operasional
Pengendalian berdasarkan aturan main adalah
yang paling tepat bagi organisasi dengan karakteristik sebagai berikut :
Lingkungan stabil
dan dapat diprediksi
Karyawan tidak
mempunyai keahlian dan dapat dipertukarkan
Konsistensi dalam
produk dan jasa penting
Risiki
penyalahgunaan jabatan sangat tinggi, dan pengendalian juga harus
diimplementasikan untuk berjaga-jaga dari tindakan yang tidak diperbolehkan.
Meminimalkan Tindakan yang Tidak
Diperbolehkan dan Tidak Beretika
Etika adalah norma masyarakat, organisai,
profesi, kelompok, atau individu. Perilaku yang beretika adalah perilaku yang
mengikuti norma. Etika menjadi penting ketika persoalan menjadi tidak jelas.
Seringkali yang terjadi adalah perusahaan mengalami dilema etika, yaitu situasi
yang mendatangkan konflik antara kinerja keuangan perusahaan dan kinerja
sosialnya.
Budaya
korporat mempunyai nilai etika sendiri. Tekanan untuk menerapkan budaya
korporat dalam organisasi berujung pada kompromi dengan prinsip masing-masing
individu. Para karyawan sering kehilangan arah terhadap nilai individu mereka
karena permintaan organisasi yang harus diikuti. Untuk menghindari hal ini,
perusahaan dapat dan harus menerapkan budaya yang membutuhkan perilaku etika.
Perusahaan bisa meningkatkan kinerja etika mereka dengan beberapa cara : kode
etik, mekanisme peringatan dini (whistleblowing),
ombusmen, etika korporat, tugas yang
berdasarkan etika, dan program inkulturasi lainnya.
2.3.5 Perkembangan
dari Batasan ke Penghargaan dan Budaya
Dalam
kebanyakan lingkungan, organisasi perlu menyediakan suatu sistem penghargaan
dan insentif, digabung dengan budaya yang kuat sehingga hambatan dapat
diinternalisasi. Hal ini mengurangi kebutuhan akan pengendalian eksternal
seperti aturan dan kebijakan, yang dapat dicapai dengan beberapa cara :
1. Dengan memperkerjakan oranga yang tepat yang telah
mempunyai nilai dominan yang diinginkan perusahaan dan konsisten dengan
nilai-nilai tersebut.
2. Memberikan pelatihan dan melakukan indoktrinasi.
3. Pentingnya panutan (role
model) dalam pihak manajemen.
4. Sistem penghargaan harus sesuai dengan tujuan dan sasaran
perusahaan.
Perusahaan harus mematuhi standar etika dan
moral, serta berpartisipasi dalam filantropi perusahaan agar bertanggungjawab
secara sosial. Perusahaan harus belajar untuk menanggapi permintaan stakeholder.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pembahasan materi “Pengendalian
Stratejik” dapat disimpulkan dalam tiga garis besar,
Pendekatan
Tradisional dalam Pengendalian Stratejik
Pedekatan
tradisional adalah strategi, sasaran, dan tujuan organisasi yang hanya sedikit
berubah atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali sampai batas waktu yang
ditentukan, yang biasanya empat bulan atau satu bulan penuh. Pendekatan
tradisional didasarkan pada pendekatan umpan balik.
Pendekatan
tradisional dalam pengendalian stratejik mengikuti tahapan yang berurutan
sebagai berikut :
1. Strategi diformulasikan dan manajemen puncak menetapkan
sasaran,
2. Strategi diimplementasikan, dan
3. Kinerja diukur berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pendekatan
Kontemporer dalam Pengendalian Stratejik
Pendekatan
kontemporer menekankan pada pentingnya evaluasi lingkungan (baik secara
internal maupun eksternal) yang berkelanjutan untuk melihat apabila terdapat tren
dan kejadian penting yang memberikan sinyal terhadap pentingnya malakukan
modifikasi strategi, sasaran, dan tujuan organisasi. Dengan semakin tidak pasti
dan kompleksnya lingkungan persaingan, maka kebutuhan akan sistem kontemporer
semakin meningkat. Pendekatan kontemporer dinamakan sebagai double-loop, dimana asumsi, dasar
pemikiran, sasaran dan strategi organisasi dievaluasi, diuji dan dikaji ulang
secara terus-menerus. Dalam pendekatan ini, adaptasi dan antisipasi perubahan
lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian integral dari pengendalian
stratejik.
Implementasi
Strategi secaraa Efektif membutuhkan tiga kunci Pengendalian Stratejik, yaitu:
Budaya, Penghargaan, dan Batasan.
Pengendalian
perilaku berfokus pada implementasi bagaimana melakukan sesuatu denga benar (doing things right). Implementasi
strategi yang efektif membutuhkan tiga kunci pengendalian : budaya (culture), penghargaan (rewards), dan batas (boundaries) organisasi. Pendekatan
tradisional dalm pengendalian stratejik menekankan pada batas dan kendala
organisasi (mis. aturan dan kebijakan), sedangkan pendekatan kontemporer
mengandalkan keseimbangan antara tiga kunci pengendalian, yaitu budaya,
penghargaan, dan batasan.
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajat. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. 2005. Penerbit
Erlangga.
PERTANYAAN
DISKUSI KELOMPOK 13
1.
Apakah ada hubungan antara pendekatan kontemporer dan
pendekatan tradisional ? Manakah yang lebih baik digunakan ?
Kalau ingin melihat hubungan antara kedua pendekatan
tersebut sebenarnya tidak ada, karena kedua pendekatan tersebut merupakan
sistem yang dipilih dari suatu perusahaan dalam pengendalian stratejiknya,
perusahaan hanya akan memilih satu pendekatan yang akan digunakan dalam satu
periode perusahaan, jadi tidak bisa untuk melihat hubungan dari kedua
pendekatan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui manakah yang lebih baik
digunakan dari kedua penedekatan tersebut adalah tergantung dari masing-masing
perusahaan bagaimana menjalankan sistemnya dan bagaimana skala perusahaan
tersebut untuk memilih pendekatan mana yang lebih baik digunakan sehingga bisa
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Apabila lingkungan bisnis berada dalam
keadaan yang stabil dan relatif sederhana dan berskala kecil maka akan lebih
baik jika perusahaan itu menerapkan pendekatan tradisional dalam sistem
pengendalian stratejiknya, sedangkan apabila perusahaan yang berskala besar dan
berada pada lingkungan persaingan yang kompleks dan relatif ingin terus
berinovasi pada produk yang dihasilkan maka akan lebih baik untuk menerapkan
pendekatan kontemporer yang menekankan pada evaluasi lingkungan untuk melihat
tren/kejadian penting untuk memberikan sinyal terhadap pentingnya melakukan
modifikasi strategi.
2.
Apa yang dimaksud dengan budaya organis dan mekanis ?,
dan mengapa budaya harus dibudidayakan dan dikembangkan ?
Budaya yang bersifat organis artinya budaya yang memang
sudah ada atau sudah terbentuk dari awal, artinya dalam suatu organisasi budaya
organis adalah budaya yang sudah lahir atau terbentuk dari saat awal organisasi
tersebut dibentuk dan tentunya organisasi tersebut akan mengembangkan,
membudidayakan dan menerapkan terus budaya tersebut terhadap setiap individunya.
Sedangkan budaya mekanis, jika dilihat dari kata mekanis berarti budaya itu
dibentuk tau dirakit, artinya dalam suatu organisasi budaya mekanis adalah
lebih bersifat sengaja dibentuk dalam diri setiap individu di organisasi untuk
tujuan tertentu. Pada kenyataannya setiap organisasi itu mempunyai budayanya
masing-masing, dan budaya organisasi itu biasanya lebih bersifat organis
daripada mekanis untuk mempertahankan citra organisasi tersebut dari awal
terbentuknya. Budaya organisasi memang harus terus dibudidayakan dan
dikembangkan kepada setiap individunya dengan menanamkan nilai-nilai inti dalam
suatu organisasi supaya budaya organisasi yang telah terbentuk sejak awal
berdirinya organisasi tersebut dapat terus ada dan tidak hilang sehingga citra
organisasi yang baik dimata masyarakat yang sudah terbentuk sejak awal tidak
disia-siakan dan dapat dipertahankan dalam lingkungan eksternal.
3.
Apakah pentingnya menyeimbangkan budaya, penghargaan, dan
batas organisasi dalam pengawasan perilaku organisasi ?
Menyeimbangkan budaya, penghargaan, dan batas organisasi
dalam pengawasan perilaku organisasi sangatlah penting, karena dalam memberikan
suatu penghargaan kepada individu itu tergantung sampai mana individu tersebut
memiliki kebiasaan (budaya) dalam hal menaati aturan-aturan yang telah
ditetapkan dalam organisasi (batas organisasi). Penghargaan yang diberikan
dapat berupa materi maupun non materi. Sebagai contoh : dalam suatu organisasi
mempunyai peraturan bahwa karyawan harus datang tepat waktu. Dalam hal ini, apabila
ada karyawan yang dapat mematuhi peraturan tersebut, maka karyawan tersebut
akan diberikan penghargaan berupa insentif guna mendorong karyawan tersebut
agar selalu mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Sebaliknya, bagi karyawan
yang tidak mematuhi peraturan tersebut maka tidak akan diberikan penghargaan
apapun, melainkan akan mendapatkan teguran. Sesungguhnya budaya dalam suatu
organisasi itu harus dikembangkan agar suatu organisasi dapat mencapai
tujuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar